Pada khutbat bulan safar 1447 H, tepatnya jumuah pahing, saya menyampaikan pesan ayat-ayat kauniyah.
Benda alam semesta yang kita tunggu tiap hari adalah Matahari. Dalam berbagai referensi disebutkan bahwa Matahari, surya, mentari,atau aftab adalah bintang di pusat tata surya. Bentuknya nyaris bulat dan terdiri dari plasma panas bercampur medan magnet.
Diameternya sekitar 1.392.684 km, kira-kira 109 kali diameter Bumi, dan massanya (sekitar 2×1030 kilogram, 330.000 kali massa Bumi) mewakili kurang lebih 99,86 % massa total tata surya. Matahari merupakan benda langit terbesar di galaksi Bima Sakti yang besarnya bahkan 10 kali planet terbesar tata surya, Jupiter.
Fakta keberadaan matahari (Syamsun) telah dirujuk oleh banyak ilmuan. Fakta ini telah diisyaratkan oleh Allah Swt dalam surat Yunus dengan kosa kata -Diya’-. Penamaan ini menegaskan maksud bahwa kata tersebut hanya digunakan untuk benda yang dapat memancarkan sinar dan panas berlebihan serta dapat membakar benda lain.
Berbeda dengan kata -Nur- yang Allah Swt sematkan terhadap bulan (qomar). Kata nur diisyaratkan pada benda yang bisa bercahaya hanya karena pantulan benda lain.
Fakta tersebut menjadi bukti kekuasaan sang Pencipta bahwa ayat qur’aniyah dapat dinyatakan kebenarannya pada ayat kauniyah.