Ketua Sidang Senat UIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. H. Imam Taufiq, M. Ag. membuka acara promosi doktor atas nama mahasiswa ; H. Achmad Mulyadi, M. Ag. dengan judul disertasi “Analisis lokasi pengamatan hilal di Jawa Madura &
pengaruhnya pada keberhasilan rukyatulhilal” pada hari Selasa, 10 Januari 2022.
Promovendous, memulai presentasinya dengan mengemukakan latar belakang penulisan penelitian disertasi. Menurutnya, pengamal rukyat menjadikan hasil pengamatan hilal sebagai dasar utama penetapan awal bulan hijriah. Dalam konteks tersebut, Kemenag RI dan NU telah mengakomodasi 105 Lokasi Pengamatan Hilal SE INDONESIA pada 10 Tahun Terakhir (1430-1440/2009-2019), yaitu 53 Lokasi Jawa Madura dengan rincian 16 lokasi melaporkan berhasil dan 35 Lokasi terkendala.
Kegelisahan akademik peneliti bermula dari, Pertama, Bagaimana kelayakan lokasi pengamatan hilal di Jawa Madura dan Kedua, Mengapa keberhasilan lokasi pengamatan hilal tertentu lebih besar dari lokasi lainnya?
Secara metodologis, penulis mengelaborasi bahwa peneliti memotret kelayakan lokasi pengamatan hilal dengan melihat aspek-aspek pendukung dan penghambat pengamatan, yaitu aspek geografis, topografis dan meteorologisnya. Ada 27 lokasi pengamatan hilal yang diambil sebagai sampel, mewakili 3 kategori: observatorium, tempat tinggi, dan pantai.
Secara teknik, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan alat ukur theodolit dan aplikasi google earth. Data-datanya digali melalui Teknik observasi secara langsung dan tidak langsung melalui remote sensing, geographic information system, dan horizon distance dan wawancara secara langsung dan online. Ada 8 lokasi diamati langsung (Pantai TANEROS SUMENEP, Observatorium jokotole iain madura, pantai taddan sampang, pantai gebang bangkalan, pantai tanjung kodok lamongan, masjid jamik denanyar jombang, balai rukyat condrodipo Gresik dan pantai kalbhut situbondo), selebihnya diamati secara tidak langsung. Demikian juga, 15 informan diwawancarai secara langsung dan 54 informan secara online dari 69 informan dan Data-data tersebut dianalisis dengan metode induktif-deduktif, deskriptif interpretatif, dan penginderaan jauh.
Promovendous mengemukakan dua temuan hasil penelitiannya, yaitu:
Pertama, kondisi 27 lokasi pengamatan hilal di Jawa Madura, secara geografis dan topografis dirinci sebagai berikut:
- 10 lokasi pengamatan hilal terkategori layak ideal karena memenuhi bentangan medan pandang 57.3 derajat dan pandangan lepas ke arah ufuknya;
- 12 lokasi pengamatan hilal terkategori layak tidak ideal karena walaupun memenuhi bentangan medan pandang 57.3 derajat, akan tetapi ditemukan aspek pengganggu pandangan ke arah ufuknya;
- 5 lokasi pengamatan terkategori tidak layak karena memiliki bentangan medan pandang yang sempit, pandangAN terhalang, dan ditemukan aspek pengganggunya berupa ketinggian tanah daratan, pepohonan, bangunan dan gunung.
Namun secara meteorologis, keadaan cuaca lokasi-lokasi tersebut lebih sering berawan bahkan kadang hujan, dengan kondisi suhu UDARA antara 25°C -28°C dan kelembaban udara antara 85%-90%. Lokasi-lokasi tersebut, karena berada dekat ekuator dan banyak mendapat sinar matahari, merupakan tempat proses fisis pembentukan awan sehingga berpotensi berawan konvektif, di samping awan orografis yang dipicu gunung-gunung yang ada. Walaupun demikian, tetap ada laporan pengamatan melihat hilal di beberapa lokasi tertentu.
Kedua, Pengamatan berhasil melihat hilal selama 10 tahun terakhir hanya di 16 lokasi, dengan dominasi 5 lokasi, yaitu Bukit Condrodipo (16 kali), Pelabuhan Ratu (3 kali), Tanjung Kodok (3 kali), Pantai Gebang (2 kali), alhusainiyah Jakarta timur (2 kali), dan 11 lokasi lain (masing-masing 1 kali).
Dominasi keberhasilan melihat hilal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendukung dari :
- faktor geografis-topografis yaitu lokasi pengamatan hilal berda di tempat agak tinggi, dengan medan pandang ideal dari azimut 241.35-298.65 derajat, tidak terganggu oleh objek lain baik permukaan tanah, pepohonan, atau bangunan, memiliki jarak pandang antara 10-25 km, serta memiliki nilai polusi cahaya sedang;
- faktor meteorologis berupa kondisi cuaca cerah, dengan suhu udara antara 27.1°-29.5°C dan kelembaban udara 71-85%; dan,
- faktor non-alam yang turut mendukung keberhasilan melihat hilal adalah kekompakan dan kapabilitas tim perukyat serta dukungan kelengkapan peralatan yang dipergunakan dalam proses pengamatan.
Akhirnya, peneliti meberikan saran dan rekomendasi kepada:
- Tim Rukyat dan Pengelola lokasi, yaitu merekonstruksi lokasi layak tidak ideal menjadi lokasi layak ideal dan menemukan lokasi baru untuk lokasi tidak layak
- Kemenag RI dan NU (berwenang dan berkepentingan atas laporan pengamatan) yaitu agar menjadikan faktor-faktor pendukung dan penghambat lokasi pengamatan hilal sebagai dasar perumusan, pertimbangan dan kebijakan dalam menerima laporan keberhasilan pengamatan hilal.
Selasa, 10 Januari 2023