GANGGUAN METEOROLOGIS PENGAMATAN HILAL AWAL BULAN RABI’UL AKHIR 1442 H

Sebelum melaksanakan pengamatan, sebaiknya para pengamat mengenali eksistensi awan dan kondisi langit sebelum terbenam matahari. Ini disebut sebagai aspek meteorologis.

Secara umum, awan yang putih dan tinggi menandakan cuaca yang baik dan awan yang gelap menandakan akan segera turun hujan atau badai. Namun demikian, kita dapat mengenali beberapa jenis awan untuk memprediksi cuaca pada hari pelaksanakan pengamatan, sebagaimana berikut:

  1. Kehadiran awan cumulonimbus di pagi hari, dan terus bertambah banyak di sepanjang hari maka ada kemungkinan cuaca yang buruk akan segera terjadi.
  2. Awan mammatus (terbentuk dari udara yang tenggelam) yang bisa menandakan bahwa akan terjadi badai yang parah maupun ringan.
  3. Awan cirrus ataupun “ekor kuda betina,” terbentang tinggi di langit seperti pita panjang, menandakan bahwa cuaca buruk akan segera tiba dalam 36 jam yang akan datang.
  4. Awan altocumulus, yang menyerupai sisik ikan tenggiri , juga menunjukkan bahwa cuaca buruk akan segera tiba dalam 36 jam ke depannya.
  5. Pola awan yang menyerupai sisik ikan dan ekor kuda betina terkadang muncul bersamaan di langit. Ketika hal tersebut terjadi, maka dapat dipastikan bahwa akan turun hujan besoknya.
  6. Awan nimbostratus yang tergantung rendah dan berat di langit menandakan akan hujan sebentar lagi.

Di samping itu, jika melihat langit merah menjelang matahari terbenam(di arah barat), maka terdapat tekanan udara tinggi dengan angin kering yang menggerakan partikel debu di udara, yang menyebabkan langit terlihat merah. hal ini menandakan bahwa cuaca akan baik.

Dengan demikian, pengamatan hilal sangat dipengaruhi faktor meteorologis atau kondisi cuaca. Variabel yang dapat ditunjukkan diantaranya adalah ketertutupan awan, temperatur, presipitasi dan kecepatan angin. Aspek-aspek ini sangat menentukan atas keberhasilal pengamatan hilal awal bulan Rabi’ul Akhir 1442 H, sebagaimana fakta berikut:

Pertama, Tudung Awan (Cloud Cover)

Tudung Awan adalah distribusi tutupan awan berkaitan dengan sifat angin yang berlaku, sistem cuaca, dan situasi panas permukaan laut, sebaran pulau, medan pantai, dan faktor lainnya. Pertengahan bulan November ini-15 November 2020, pulau Madura masyoritas hampir tertutup awan. Tudung atau tutupan awan untuk daerah Kabupaten Sumenep 86 %, Pamekasan 86 %, Sampang 95 % dan Bangkalan 99 %, sebagaimana gambar berikut:

Dari peta sebaran gambar awan tersebuts tergambar bahwa tudung awan untuk daerah pulau Madura berkisar 86-99 %. Dengan demikian, untuk daerah Kabupaten Sampang dan Bangkalan sangat mustahil kemungkinan keberhasilan pengamatan hilal akan terjadi. Sedangkan untuk Kabupaten Pamekasan dan Sumenep kecil kemungkinan keberhasilan pengamatan hilal akan terjadi karena hanya antara 1-14 % saja beberapa daerah minim tutupan awan.

Kedua, Temperatur (Temperature)

Temperatur atau Suhu adalah besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu zat atau panas benda. Semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Semakin  tinggi suhu suatu tempat maka semakin panas tempat tersebut. Suhu ini akan mempengaruhi kondisi lingkungan suatu tempat termasuk lokasi pengamatan hilal, sebagaimana gambar berikut:

Dari peta gambar temperatur di atas menunjukkan bahwa suhu untuk wilayah pulau Madura berkisar antara 80 sampai 84 derajat derajat. Kondisi ini sangat mempengaruhi upaya pengamatan hilal.

Ketiga, Presipitasi (Precipitation Forecast)

Presipitasi merupakan fenomena atmosferik yaitu setiap produk dari kondensasi uap air di atmosfer. Wujud presipitasi adalah hujan yang turun dari atmosfer ke permukaan bumi dalam bentuk titik-titik air atau salju. Presipitasi terjadi ketika awan sudah tidak mampu menahan massa air yang dikandungnya.

Untuk wilayah kepulauan Madura dapat diamati kondisi presipitasi tanggal 15 November 2020 sebagaimana gambar berikut:

Dari peta gambar presipitasi di atas menunjukkan bahwa keseluruhan kabupaten di pulau Madura mengalami presipitasi berkisar antara 0.1 sampai 0.2 mmph. Dengan kondisi presipitasi ini, maka hujan akan turun dengan besaran antra 01. Sampai 0.2 mmph.

Keempat, Kecepatan Angin (Wind Speed)

Di permukaan bumi, angin terdiri dari sebagian besar pergerakan udara. Dua penyebab utama sirkulasi atmosfer skala besar adalah perbedaan pemanasan antara khatulistiwa dan kutub, dan rotasi planet (efek Coriolis). Di daerah tropis, sirkulasi termal rendah di atas dataran dan dataran tinggi dapat mendorong sirkulasi monsun. Di wilayah pesisir, siklus angin laut/angin darat dapat menentukan angin lokal. Daerah yang memiliki medan yang bervariasi, angin pegunungan dan lembah dapat mendominasi angin lokal.

Kecepatan angin yang terjadi di wilayah kepulaun Madura tanggal 15 November 2020 sebagaimana berikut:

Dari peta gambar di atas menunjukkan bahwa kecepatan tiupan angin untuk wilayah 4 Kabupaten di Madura yaitu 11-20 kmph. Hal ini terjadi karena angin tampak bertiup secara lokal saja sehingga cenderung sangat lambat dan hal ini berpengaruh pada pergeseran awan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Karena itu, kondisi ini menjadi pengganggu utama keberhasilan pengamatan hilal.

Dari realitas kondisi cuaca tersebut, dapat dijelaskan bahwa ketidak berhasilan pengamatan hilal awal bulan Hijriya karena kondisi cuaca tersebut. Hal ini dapat ditunjukkan oleh beberapa laporan gambar kondisi cuaca di beberapa tempat pengamatan hilal, mulai dari keberadaan awan tebal sampai awan hujan, sebagaimana laporan berikut:

Lokasi pengamatan hilal, daerah Persawahan Mandala Gapura Sumenep berawan tebal.

Lokasi pengamatan hilal, Masjit Jamik Denanyar Jombang berawan tebal

Lokasi Pengamatan Hilal, Balai Rukyat Condrodipo Gersik berawan hujan deras.

Dari beberapa kondisi tersebut, mayoritas tim pengamat hilal mengalami kegagalan mengabadikan keberadaan hilal awal bulan Rabi’ul Akhir 1442 H, kemudian melaporkannya sesuai kondisi tersebut, seperti yang dilakukan oleh Tim Perukyat Hilal NU di beberapa tempat. Berdasarkan metode penetapan awal bulan, kondisi di atas memaksa para pengamal rukyat untuk menggunakan cara istikmal dalam menetapkan awal bulan rabi’ul akhir 1442 H, yaitu jatuh pada hari selasa, 17 November 2020.

Asli Mandala Gapura Sumenep Madura Jawa Timur, Koordinator Perukyat Wilayah Madura, Pengabdi di IAIN Madura (dulu STAIN Pamekasan) , Mampir Tidur di Pondok Pesantren Mathali'ul Anwar Pangarangan Sumenep, Pernah Nyantri di Asrama MAPK Jember dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Bersandar di PMII dan NU, Ta'abbud Safari di RAUDHAH Masjid Nabawi dan Manasik Haji Mekkah (2014), Sekarang Nyantri di UIN Walisongo Semarang

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *