HILAL TERKONFIRMASI TELESKOP: FENOMENA HILAL AWAL DZULHIJJAH 1441 H
Pada sidang itsbat awal bulal Dzulhijjah 1441 H, Pemerintah melalui Kementreian Agama RI menetapkan bahwa awal bulan Dzulhijjah jatuh pada hari Rabu, 22 Juli 2020 sehingga pelaksanaan hari raya idul adha 1441 H jatuh pada hari Jum’at, 31 Juli 2020.
Ketetapan tersebut berdasar hasil pemantauan hilal di 12 tempat pemantauan dari 103 lokasi pemantauan hilal, yang menyatakan dan melaporkan telah melihat hilal dibawah sumpah. Dalam konfirmasinya, hilal terlihat di atas ufuk berkisar antara 6 derajat 51 menit sampai 8 derajat 42 menit. Namun karena keterbatasan data yang diperoleh, saya hanya menampilkannya beberapa tempat khususnya lokasi pengamatan yang ada di Jawa Timur dan Balai pengelola Observatorium Nasional LAPAN RI.
Hilal pertama terlihat di Kupang, kemudian Gresik, Tuban, Ponorogo dan IAIN Madura.
Hilal terlihat di kupang oleh dua petugas pengamatan hilal. Hilal terlihat pada pukul 17.46 WITA di Balai Pengelola Observatorium Nasional LAPAN, sebagaimana gambar pendahuluan tulisan ini.
Keberhasilan petugas LAPAN ini juga oleh 5 pengamat LAPAN Pasuruan Jawa Timur, yaitu Saiful Amri, Habib Khirzin, Sigit Nugroho, Fajar Esda, dan Noer Abdillah, yang didukung peralatan IOPTRON MINITOWER II dan TS OPTIK D70MM 1420 MM 1/6, sebagaimana gambar berikut:
Hilal awal Dzulhijjah 1441 H juga terlihat oleh Ahmad Junaidi, salah tim pengamatan hilal IAIN Ponorogo. Hilal terlihat menggunakan teleskop yang telah diolah citranya, sebagaimana gambar berikut:
Sementara hilal awal Dzulhijjah 1441 H terlihat juga di Observatorium Jokotole IAIN Madura oleh Hosen Elhas menggunakan Sky Watcher 90 Camera ZWO AS/183 MC dan mounting IOPTRON CEM 60, dengan hasil oleh citra dan posisi yang sedikit berbeda, sebagaimana gambar berikut:
Dalam konfirmasinya, Hosen menyatakan bahwa posisi hilal menjadi miring dalam gambar karena efek peletakan kamera pada teleskop, bulannya hanya separuh dan teleskopnya kurang ke atas. Keberhasilan ini didukung lokasi pengamatan berikut:
Keberhasilan pengamatan hilal disempurnakan dengan olah citra ini mengkonfirmasi hasil rukyatul hilal dengan mata telanjang, sebagaimana dihasilkan oleh pengamat Balai Rukyat NU Bukit Condrodipo dan BHR Tuban.
Hilal terlihat di Balai Rukyat Condrodipo oleh 3 perukyat dengan mata telanjang, theodolit dan teleskop, yaitu Ust. Inwanuddin, Sholahuddin, dan H. Khoirul Amin, sebagaimana gambar berita acara pemantauan hilal berikut:
Keberhasilan pengamatan hilal di Balai Rukyat Bukit Condrodipo ini didukung oleh kondisi hilal dengan elongasi 9 derajat 36 menit 42 detik, umur bulan 16 jam 55 menit 12 detik, lama hilal 31 menit 31 detik, dan cahaya hilal 0.68 % sebagaimana berita acara pengamatan tersebut, akan tetapi belum didapatkan hasil pengolahan citranya di lokasi ini.
Lokasi balai rukyat NU ini tidak hanya didukung oleh perukyat yang pengalaman, akan tetapi ditunjang oleh kondisi geografis, topografis dan meteorogis yang bagus, sebagaimana tampilan gambar berikut:
Dengan mata telanjang juga hilal berhasil dirukyat di lokasi Menara Rukyat Tuban oleh 3 Petugas BHR Tuban, yaitu Kasdikin bin Markilan, Ali Mahfudz bin Husen, M. Kamalddin bin Munadi. Ini dapat ditunjukkan dari laporan kegiatan rukyat hilal Dzulhijjah PWNU Jawa Timur ke Pengurus PBNU Pusat, sebagaimana gambar berikut:
Dengan demikian, hilal awal Dzulhijjah 1441 merupakan peristiwa pertama kali keberhasilan rukyat hilal dzulhijjah dengan mata telanjang yang terkonfirmasi oleh Alat Bantu Teleskop, yang terolah citranya melalu laptop atau komputer secara langsung. Ini dapat menjadi bahan kajian keilmuan falak khususnya terkait visibilitas hilal awal bulan hijriyah di Indonesia.
@Arsipfalakuna
@Dzulhijjah 1441 H.