Dapat tulisan tentang fajar dari Ustadz Maskuri yang diupload tanggal 21 Maret 2018 11:35, isinya:
“Cahaya fajar di balik gunung
Berwarna kuning merekah cerah
Malam baru saja digulung
Berganti fajar pagi nan indah
Cahaya fajar melepas subuh
Bangunkan isi alam dengan lembut
Hadirkan jiwa raga yang teguh
Hangatkan isi alam yang usai sujud
Cahaya fajar buka selubung kabut pagi
Terangi dan tuntun hasrat hati
Untuk selalu dekat pada Illahi
Menggapai kedamaian jiwa dan hati”
DETEKSI CAHAYA FAJAR
Masyarakat kenal kewajiban salat pagi adalah salat subuh.
Rentang kewajiban salat ini tidak panjang sebagaimana salat petang (maghrib). Perbedaannya adalah salat maghrib gampang diketahui karena hanya tinggal menunggu piringan atas matahari terbenam meninggalkan ufuk barat.
Sementara yang mudah dikenal dalam salat pagi (subuh) adalah tanda berakhirnya, yakni munculnya piringan atas matahari di ufuk timur. Lalu kapan dimulainya?
Itulah keunikan salat pagi, memulainya hanya dengan mendeteksi munculnya cahaya fajar. Dan kita ditantang untuk mengenali apa sih cahaya fajar?
Guyunannya, cahaya fajar adalah tanda-tanda akan datangnya matahari. Sebelum matahari tampak wujud di ufuk timur, ternyata mentari ini mengirimkan sinyal cahayanya terlebih dahulu. Apa betul begitu?
Jawabannya adalah betul, karena sinyal yang diberikan bertahap, maka ulama falak memetakannya menjadi tiga; fajar kadzib, fajar shodiq dan fajar sipil.
Dalam konteks itulah, para ahli falak wajib membuktikan kemunculan cahaya fajar tersebut untuk meyakinkan bahwa fajar benar-benar adanya. Berapa ketinggian matahari saat fajar. Ulama hebat telah membuktikannya, yaitu Al-Haitam, dengan ketinggian 19 derajat.
Bagaimana perkembangannya saat ini?
Kerja keras ini yang kita akan lakukan.
Gambar di bawah ini adalah upaya mengenalnya dengan menggunakan SQM.
#selamatberkaderisasi
#26-27Nov2019ahlifalakjatim