Akurasi almanak astronomi dalam penentuan ijtimak (astronomical new moon) kini telah teruji pada kecepatan perhitungan waktu gerhana matahari yang pada hakikatnya adalah ijtimak teramati (observable new moon). Setidaknya informasi posisi hilal yang akurat bisa mencegah adanya kesalahan identifikasi wujud hilal. Jika akurasi ini dapat diterima sebagai pegangan, mari kita lihat komputasi hisab menggunakan aplikasi system ephemiris untuk akhir atau 29 Ramadhan 1440 H berikut::
LOKASI | IAIN MADURA | SABANG | MERAUKE |
TANGGAL DAN WAKTU IJTIMAK | 3/6/2019
17:03:13
|
3/6/2019
17:03:13
|
3/6/2019
19:03:13
|
TERBENAM MATAHARI | 17:16:24
|
18:50:01
|
17:26:11
|
TENGGELAM BULAN | 17:15:48
|
18:49:52
|
17:21:50
|
TINGGI HILAL MAR’IY | 00° -07′ | 00° 00′ -17″
|
00° -46′ 10″
|
UMUR HILAL | 0
|
0
|
0
|
AZIMUT MATAHARI | 292° 22′ 18″
|
292° 31′ 43″
|
292° 24′ 41″
|
AZIMUT HILAL | 289° 30′ 01″
|
289° 36′ 20″
|
289° 12′ 58″
|
JARAK BULAN-MATAHARI | 3° 52′ 17″
|
2° 55′ 23″
|
3° 11′ 43″
|
Kalau data almanak tersebut sudah bisa diterima secara luas, maka satu langkah JALAN KELUAR yang harus dilakukan adalah penyamaan parameter visibilitas hilal. Kriteria ini sudah dibuat dan dijadikan parameternya, namun penerapannya MASIH BANYAK ORMAS DAN LEMBAGA yang masih bersikukuh dengan criteria yang berbeda. Lalu bagaimana parameter yang tidak sama itu diaplikasikan pada prediksi awal bulan Syawal 1440 H di Indoensia yang akan datang?
PARAMETER WUJUDUL HILAL MUHAMMADIYAH
Organisasi Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki wujudul hilal. Makna hisab hakiki adalah bahwa penanggalan didasarkan kepada gerak sebenarnya (hakiki/sesungguhnya) Bulan. Hisab hakiki berbeda dengan hisab urfi, yang tidak mendasarkan pada gerak sebenarnya Bulan, sehingga antara hisab urfi dan gerak Bulan tidak selalu sejalan, terkadang hisab urfi mendahului dan terkadang terlambat. Sedangkan Wujul hilaldimaksudkan dengan keberadaan Bulan di atas ufuk saat matahari terbenam setelah terjadinya konjungsi. Jadi hisab hakiki wujudul hilal itu menetapkan bulan baru dengan tiga parameter syar’i, yaitu:
- telah terjadi ijtimak (konjungsi), yaitu tercapainya satu putaran sinodis Bulan mengelilingi bumi,
- ijtimak terjadi sebelum terbenamnya matahari, dan
- pada saat matahari terbenam Bulan berada di atas ufuk.
PARAMETER IMKANUR RUKYAT BHR KEMENAG RI DAN NAHDLATUL ULAMA
Paremeter Imkan Rukyat yang digunakan Badan Hisab Rukyat Kemenag RI dari kesepakatan Musyawarah III MABIMS 1992 adalah kriteria imkanur rukyat sebagai berikut: tinggi hilal minimum 2 derajat, jarak bulan dari matahari minimum 3 derajat, dan umur bulan (dihitung sejak saat ijtima’) pada saat matahari terbenam minimum 8 jam.
Dari dua parameter tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam parameter wujudul hilal, dari Sabang sampai Merauke pada tanggal 3 Juni 2019/29 Ramadhan 1440 H telah terjadi ijtimak (konjungsi), dan ijtimak terjadi sebelum terbenamnya matahari, akan tetapi antara matahari dan bulan tenggelam hampir bersamaan. Sedangkan dalam parameter imkanur rukyah dari Sabang sampai Merauke pada tanggal 3 Juni 2019/29 Ramdhan 1440 H telah terjadi ijtimak (konjungsi) pada pukul 17:03:13 sebelum terbenam matahari pada pukul 17:16:24 sehingga umur bulan hanya berumur 13 menit. Karena itu, umur bulan ini belum mencapai baik umur minimum (8 jam), tinggi hilal minimum (2 derajat), maupun jarak bulan dari matahari minimum (3 derajat). Secara tegas dapat dinyatakan bahwa posisi hilal berada di bawah ufuk saat tenggelam matahari
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara hisab awal Syawal 1440 H akan jatuh pada 5 Juni 2019. Adapun Kepastiannya menunggu hasil sidang itsbat Kemenag RI yang akan menggabungkan dengan hasil rukyat (pengamatan) hilal pada saat maghrib 3 Juni 2019. MARHABAN YA RAMADHAN (Sumenep, 18 Mei 2019)