PENGGUNAAN ISTIWAAINI UNTUK ARAH KIBLAT

Dalam menggunakan istiwaaini, ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang betul-betul akurat.

Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

  • Persiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu: istiwaaini lengkap dengan benang, waterpass dan GPS (jika ada).
  • Persiapkan data yang dibutuhkan, sebagai berikut:
  1. Lintang tempat, bujur tempat, tanggal dan waktu (jam) pengukuran. Data-data ini biasa didapatkan dari GPS. Bila tidak ada GPS, data lintang dan bujur bisa didapatkan melalui google earth.
  2. Arah kiblat dan azimuth kiblat (Data ini didapatkan dari rumus arah kiblat– Cotan AQ = tan LM x Cos LT ÷ sin SBMD – sin LT ÷ tan SBMD (AQ = arah kiblat, LM = lintang Ka’bah, SBMD = selisih bujur antara ka’bah dan tempat yang diukur).  Data lintang ka’bah dan bujur ka’bah yang direkomendasikan oleh penemu istiwaaini ini adalah 21° 25’ 20,99” LU dan 39° 49’ 34,36” BT. Data ini diambil dari google earth. Hasilnya adalah arah kiblat diukur dari arah utara ke barat.  Untuk mendapatkan azimuth kiblat maka rumusnya–Azimuth kiblat = 360° AQ
  3. Arah matahari dan azimuth matahari. Data-data ini didapatkan dengan mengambil data-data astronomis meliputi deklinasi dan equation of time sesuai tabel almanak nautika atau ephemeris.

Arah matahari

Arah matahari–Cotan AM = tan dek x cos LT ÷ sin t – sin LT ÷ tan t (AM = arah matahari, dek = deklinasi, LT = lintang tempat, t = sudut waktu matahari). t didapatkan dari rumus–t = (WD + e – (BD-BT) ÷ 15) – 12 x 15 (WD = waktu daerah (waktu pengukuran), e = equation of time, BD = bujur daerah, BT = bujur tempat).

Dalam arah matahari ini, terdapat ketentuan, dimana: jika deklinasi (+), maka arahnya utara, jika deklinasi (-) maka arahnya selatan. Jika pengukuran pagi, maka arahnya timur,  jika sore, maka arahnya barat.

Azimuth matahari

Adapun azimuth matahari (Azₒ) ditentukan dengan rumus: Jika arah matahari utara-timur, Azₒ = arah matahari. Jika arah matahari sebelah timur, Azₒ = 90 + arah matahari. Jika arah matahari selatan-barat, Azₒ = 180 + arah matahari. Jika arah matahari utara-barat, Azₒ = 270 = arah matahari.

Beda azimuth

Beda azimuth (ba) kiblat dan azimuth matahari. Data ini diperoleh dengan mengurangkan azimuth kiblat dengan azimuth matahari. Jika beda azimuth (ba) negative maka beda azimuth harus ditambah 360°.B Rumus beda azimuth adalah: Beda azimuth = azimuth kiblat – azimuth matahari

  • Setelah dihitung data-data tersebut, catat waktu pengukuran, azimuth kiblat, azimuth matahari, dan beda azimuth.
  • Letakkan istiwaaini pada tempat yang datar dan mendapatkan sinar matahari.
  • Posisikan tongkat istiwa’ yang dititik pusat lingkaran agar benar-benar berada di titik pusat dan dalam posisi tegak lurus (vertical).
  • Posisikan tongkat istiwa’ yang berada di titik 0° (skala bidang dial) harus benar-benar di titik 0 dalam posisi tegak lurus (vertical).
  • Lingkaran yang dijadikan landasan kedua tongkat istiwa’ (bidang dial) harus benar-benar posisi datar (horizontal). Kedataran bidang dial ini diukur dengan waterpass. Jika belum datar, gunakan tiga drat (mur) untuk menaikkan atau menurunkan sesuai kebutuhan sampai bidang dial benar-benar datar dan kedua tongkat istiwa’nya benar-benar tegak lurus (vertical).
  • Apabila istiwa’aini telah terpasang dengan baik, perhatikan jam sampai jam pengukuran yang telah dihitung tiba. Jam pengukuran ini harus sesuai dengan jam GPS agar hasilnya akurat.
  • Ketika jam pengukuran yang sudah dihitung telah tiba, putar bidang dial sampai bayangan tongkat istiwa’ pada titik 0° (dipinggir lingkaran) mengarah tepat ke tongkat utama yang berada di tengah lingkaran. Dengan demikian, bayangan tongkat adalah kebalikan dari azimuth matahari.
  • Tarik benang dari tengah lingkaran dan posisikan benang pada nilai beda azimuth. Arah yang ditunjukkan oleh benang tersebut adalah arah kiblat.
  • Tandai arah tersebut dengan benang atau lakban sebagai arah kiblat.

(Sumenep, 26 Pebruari 2019)

Asli Mandala Gapura Sumenep Madura Jawa Timur, Koordinator Perukyat Wilayah Madura, Pengabdi di IAIN Madura (dulu STAIN Pamekasan) , Mampir Tidur di Pondok Pesantren Mathali'ul Anwar Pangarangan Sumenep, Pernah Nyantri di Asrama MAPK Jember dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Bersandar di PMII dan NU, Ta'abbud Safari di RAUDHAH Masjid Nabawi dan Manasik Haji Mekkah (2014), Sekarang Nyantri di UIN Walisongo Semarang

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *