MENGHITUNG JARAK PANDANG KE UFUK (HORIZON)

Pernahkah Kita melihat matahari terbenam dan bertanya, “Kira-kira berapa jauh jarak saya dengan cakrawala?” Jika Kita mengetahui jarak ketinggian mata dari permukaan laut, maka jarak antara Kita dengan cakrawala bisa diketahui.

Jarak pandang atau visibility adalah suatu jarak untuk bisa terlihat dengan jelas, dinyatakan dalam meter atau feet, merupakan suatu istilah yang digunakan dalam dunia penerbangan, lalu lintas di jalan dan selam scuba.

Dalam dunia penerbangan untuk kebutuhan pendaratan pesawat terbang, informasi jarak pandang sangat diperlukan, baik jarak pandang vertikal maupun horizontal.  Jarak pandang vertikal : erat kaitannya dengan saat pesawat akan melakukan pendaratan saat masih di udara, hal ini pentig untuk mengetahui posisi dan sisa runway landasan agar pendaratan dapat dilakukan dengan tepaT dan jarak pandang horizontal : erat kaitannya dengan saat pesawat sudah mulai mendarat di dekat permukaan tanah. Kejadian-kejadian yang dapat mengurangi jarak pandang adalah Hujan deras, Udara kabur/haze, Halimun/Mist, Kabut/Fog, Smog, Badai Pasir/Sandstorm dan Badai Debu/Duststorm

Sementara dalam dunia selam scuba (scuba diving) jarak pandang adalah satuan kejernihan air untuk kegiatan menyelam. Biasanya dinyatakan dalam satuan jarak seperti meter dan feet. Semakin jauh jarak pandang kita sewaktu menyelam, air semakin jernih semakin mudah untuk melihat objek selam, sebaliknya semakin pendek jarak pandang, maka kita akan mengalami kesulitan dalam melakukan penyelaman. Kategori jarak panjang pada saat menyelam adalah : baik adalah di atas 20 meter, sedang antara 8 sampai 20 meter dan buruk kurang dari 8 meter.

Lalu bagaimanakah konsep jarak pandang ini digunakan dalam pengamatan observasi bulan? Kita akan mencoba menghitungnya dalam tiga metode.

PERTAMA, Mengukur Jarak Pandang dengan Geometri

Langkah awal dengan mengukur “ketinggian” antara mata dengan tanah (gunakan satuan meter). Salah satu cara yang mudah adalah mengukur jarak antara ubun-ubun ke mata. Kemudian, kurangkan tinggi tubuh Kita dengan jarak antara mata ke ubun-ubun yang telah Kita ukur.

Jika Kita berdiri tepat pada permukaan laut, maka;

Langkah kedua, Tambahkan “elevasi lokal” Kita jika berdiri di atas ketinggian permukaan laut. Tambahkan jarak tersebut dengan ketinggian mata Kita (kembali gunakan satuan meter).

Kalikan dengan 13 m, karena kita menghitung dengan satuan meter

Akar kuadratkan hasilnya untuk memperoleh jawaban.

Karena satuan yang digunakan adalah meter, maka jawabannya dalam satuan kilometer. Jarak yang dihitung adalah panjang garis lurus dari mata ke titik horizon. Jarak sebenarnya akan lebih panjang karena lengkung permukaan bumi dan kelainan lain.

Simpulan: Pahami cara kerja rumus ini.

Rumus ini berdasarkan segitiga yang dibentuk dari titik observasi (yaitu, kedua mata), titik cakrawala (yang Kita lihat), dan titik pusat bumi.

Dengan mengetahui radius Bumi dan mengukur ketinggian mata ditambah elevasi lokal, maka tinggal jarak mata ke horizon saja yang belum diketahui. Karena kedua sisi segitiga yang bertemu di horizon membentuk sudut, maka kita bisa menggunakan rumus Pythagoras (rumus a2 + b2 = c2 klasik) sebagai dasar perhitungan, yaitu:

a = R (radius Bumi)

b = jarak ke horizon, tidak diketahui

c = h (ketinggian mata) + R

DUA, Menghitung Jarak Menggunakan Trigonometri

Ukur jarak sebenarnya yang harus dilewati untuk mencapai horizon dengan rumus berikut

d = R * arccos(R/(R + h)), dengan
d = jarak ke horizon
R = radius Bumi
h = ketinggian mata

Tingkatkan R sebanyak 20% untuk mengompensasi distorsi pembiasan cahaya dan memperoleh jawaban yang akurat. Horizon geometris yang dihitung dengan metode ini bisa tidak sama dengan horizon optikal yang dilihat mata. Kenapa?

Pertama, atmosfer membelokkan (membiaskan) cahaya yang melintas secara horizontal. Artinya, cahaya bisa sedikit mengikuti lekukan bumi sehingga horizon optikal tampak lebih jauh dari horizon geometris.

Sayangnya, pembiasan karena atmosfer tidaklah konstan maupun bisa diprediksi akibat perubahan suhu dengan ketinggian. Oleh karenanya, tidak ada cara sederhana untuk mengoreksi rumus untuk horizon geometris. Tetapi, ada pun cara memperoleh koreksi “rata-rata” dengan mengasumsikan radius bumi sedikit lebih besar dari radius asli.

Simpulan, Pahami cara kerja rumus ini.

Rumus ini menghitung panjang h garis lengkung yang menelusuri dari kaki Kita ke horizon asli (ditandai dengan warna hijau pada gambar). Nah, porsi arccos(R/(R+h)) mengacu pada sudut pada pusat bumi yang dibentuk oleh garis dari kaki Kita ke pusat bumi dan garis dari horizon ke pusat bumi. Sudut ini kemudian dikalikan R untuk memperoleh “panjang lengkung,” yang merupakan jawaban yang dicari.

KETIGA, Rumus Geometrikal Alternatif

Bayangkan sebuah pesawat datar atau lautan.

Metode ini merupakan versi lebih sederhana dari rangkaian instruksi rumus pertama. Rumus ini hanya berlaku untuk satuan kaki atau mil.

Cari jawabannya dengan memasukkan ketinggian mata dalam satuan kaki (h). Rumus yang digunakan adalah d = 1.2246* SQRT(h)

Turunkan rumus Pythagorean. (R + h)2 = R2 + d2.

Cari nilai h (dengan asumsi R>>h dan radius bumi ditampilkan dalam satuan mil, kurang lebih sebesar 3959) maka diperoleh: d = SQRT(2*R*h)

Beberapa perhitungan di atas umumnya digunakan untuk mencari ufuk (horizon) “asli”, atau lokasi pertemuan langit dan bumi jika tidak ada penghalang di depan Kita (lokasi ini biasanya di lautan, kecuali ada daratan besar di depan kita). Di daratan, mungkin ada beberapa gunung atau gedung yang berdiri di depan horizon asli. Perhitungan ini masih akan memberi tahu jarak Kita dari horizon asli, tetapi tentunya Kita harus menambahkan jarak tambahan untuk mendaki atau memanjat halangan yang ada di depan kita. (Mandala, 24 Pebruari 2019).

Sumber-https://id.wikihow.com/Menghitung-Jarak-ke-Horizon

Asli Mandala Gapura Sumenep Madura Jawa Timur, Koordinator Perukyat Wilayah Madura, Pengabdi di IAIN Madura (dulu STAIN Pamekasan) , Mampir Tidur di Pondok Pesantren Mathali'ul Anwar Pangarangan Sumenep, Pernah Nyantri di Asrama MAPK Jember dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Bersandar di PMII dan NU, Ta'abbud Safari di RAUDHAH Masjid Nabawi dan Manasik Haji Mekkah (2014), Sekarang Nyantri di UIN Walisongo Semarang

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *