Bumi yang kita tempati ini, menurut perhitungan sementara para pakar kosmologi, telah tercipta sekitar 4,6 milliar tahun yang lalu. Dan makhluk hidup uniseluler ditemukan pertama kali di lautan sekitar 3,5 milliar tahun yang lalu, sedangkan kita manusia diperkirakan beberapa ribu tahun yang lalu. Benarkah penciptaan bumi ini terjadi milliaran tahun yang lalu? Lalu bagaimanakah dengan isyarat al-Quran yang menyatakan bahwa hari perhitungan telah dekat?
Secara astronomis, terdapat tiga teori tentang pembentukan bumi sebagaimana dilontarkan oleh Immanuel Kant dan Pierre-Simon de Laplace, yaitu:
Teori Pasang Surut (Teori Tidal)
Menurut James H. Jeans dan Harold Jeffreys , teori ini mula-mula ada sebuah bintang misterius yang besarnya hampir sama dengan matahari bergerak melintas mendekati matahari dan kemudian menghilang lagi. Pada saat menghilangnya bintang misterius tersebut, ada beberapa bagian massa matahari yang ikut tertarik dan lepas dari matahari namun tidak menyatu dengan bintang misterius melainkan membentyuk bangun-bangun yang kemudian menjadi planet beserta satelitnya.
Teori Planetisimal
Menurut chamberlin dan Moulton bahwa matahari telah terbentuk sejak dahulu, ketika matahari dan bintang berpapasan maka terjadi gaya grafitasi atau saling tarisk menarik antara matahari dan bintang. Massa matahari sebagian tertarik ke arah bintang dan ketika bintang bergerak menjauh maka sebagian massa matahari akan berhamburan dan membentuk planet-planet.
Teori Bintang Kembar
Teori ini disampaikan oleh Fred Hoyle. Mula-mula matahari merupakan sepasang bintang kembar yang posisinya sangat dekat. Pada saat tertentu salah satu dari bintang tersebut meledak dan pecah betantakan. Pecahan tersebut tertarik oleh gravitasi bintang yang tidak meledak sehingga menimbulkan sebuah irama perputaran yang harmonis dan tidak pernah ada yang bertabrakan. Bintang yang idak meledak adalah matahari dan material sisa-sisa ledakan yang terpengaruh oleh gravitasi matahari menjadi planet-planet beserta satelitnya. Teori ini menyebutkan bahwa tata surya terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Salah satu gumpalan awan mengalami pemampatan sehingga partikel-partikel debu yang berada disekitarnya tertarik ke pusat awan dan membentuk gumpalan bola dan berpilin sehingga memipih dan membentuk seperti cakram dan menjadi matahari. Sedangkan bagian luar dari cakram tersebut terus berputar dan menjadi planet dan satelit.
Sementara itu, bentuk muka bumi selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan telah melalui perkembangan yang panjang. Hal ini dapat diketahui dari beberapa teori yang berkembang, yaitu:
Teori Kontraksi
Menurut Descartes (1596-1650), yang didukung oleh James Dwight Dana (1847) dan Jean-Baptiste Élie de Beaumont (1852). Teori ini menyatakan bahwa kerak bumi mengalami pengerutan karena terjadinya pendinginan di bagian dalam bumi akibat konduksi panas. Pengerutan menyebabkan permukaan bumi tidak rata. Teori ini menyatakan bahwa pada mulanya terdapat dua benua di kedua kutub bumi yaitu benua Laurasia (Asia dan Eropa) dan Gondwana (Amerika Selatan, Afrika, dan Australia). Kedua benua tersebut kemudian bergerak secara perlahan menuju ekuator dan mengalami perpecahan seperti yang terbentuk saat ini.
Teori Apungan Benua (Continental Drift Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener pada tahun 1912 lewat bukunya yang berjudul Dje Ensfehung der Konfjnenfe und Ozeane atau The Origin of the Continent’s and Ocean’s (Asal Usul Benua dan Lautan). Pembentukan muka bumi disebabkan adanya pergeseran benua. Menurut Wagner, di permukaan bumi pada awalnya hanya terdiri satu benua (Pangea) dan datu samudera (Panthalasa). Benua tersebut kemudian bergeser secara perlahan ke arah ekuator dan barat hingga mencapai posisi seperti saat ini. Gerakan benua disebabkan oleh adanya rotasi bumi yang menghasilkan gaya sentrifugal sehingga gerakan cenderung kearah ekuator, sedangkan adanya gaya tarik menarik antara bumi dan bulan menghasilkan gerak ke arah barat.
Teori Konveksi
Teori ini dikemukakan oleh Arthur Holmes dan didukung oleh Harry H. Hess (1962) dalam bukunya History of the Ocean Basin. Teori ini menjelaskan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah vertikal di dalam lapisan astenosfer yang agak kental. Aliran tersebut berpengaruh sampai ke kerak bumi yang ada diatasnya. Aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak, sehingga gerak aliran dari dalam mengakibatkan permukaan bumi tidak rata.
Teori Pergeseran Dasar Laut
Robert Diesz mengembangkan teori konveksi dengan melakukan penelitian topografi dasar laut.
Dari hadil penelitiannya, Diesz menemukan bukti-bukti baru tentang pergeseran dasar laut dari arah pegunungan dasar laut menuju kedua sisinya. Teori ini didukung dengan penyelidikan umur sedimen dasar laut di mana semakin jauh dari punggung laut umurnya semakin tua. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi pergeseran dari punggung dasar laut.
Teori Lempeng Tektonik
Teori ini dikemukakan oleh Mc Kenzie dan Robert Parker, teori lempeng tektonik ini merupakan teori penyempurnaan dari teori-teori yang terdahulu. Pergeseran benua, pergeseran dasar laut dan teori konveksi sebagai satu kesatuan konsep. Teori ini merupakan teori yang rasional sehingga sangat berharga bagi para ahli geologi. Pada saat ini, terdapat enam lempeng utama, yaitu lempeng Eurasia, Lempeng Amerika, Lempeng Afrika, Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Antartika.
Sementara itu, al-Quran menjelaskan Penciptaan Alam Semesta ini dengan istilah fase. Kata ‘fase’ berarti tingkatan masa (perubahan, perkembangan, dan sebagainya). Menurut al-Quran penciptaan alam semesta berlangsung selama enam fase. Dalam konteks ini, al-Qur’an menyebutkannya dengan istilah “sittati ayyaam” yang berarti enam masa yang panjang. Sebagaimana disitir dalam al-qur’an (al-Sajdah:4)
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْدُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
Dari ayat di atas Allah SWT menyebutkan penciptaan langit dan bumi dalam enam masa, selanjutnya para mufasir bersepakat dalam menafsirkan ayat ini, bahwa yang disebut dengan enam masa (ayyaam) adalah enam tahapan atau proses bukan enam hari sebagaimana mengartikan kata ayyaam.
Adapun secara kronologis, penciptaan alam dalam pandangan al-Qur’an, yaitu:
Fase Pertama
َوَلَمْ يَرَالَّذِينَ كَفَرُواأَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُون
Artinya: “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya…”(Q.S. al-Anbiya [21] :30)
Ini dimulai dengan sebuah ledakan besar (bigbang) sekitar 12-20 miliar tahun lalu.Inilah awal terciptanya materi, energy, dan waktu. “Ledakan” pada hakikatnya adalah pengembangan ruang. Materi yang mula-mula terbentuk adalah hydrogen yang menjadi bahan dasar bagi bintang-bintang generasi pertama. Hasil fusi nuklir antara inti-inti hydrogen, meghasilkan unsur-unsur yang lebih berat, seperti karbon, oksigen, sampai besi atau disebut juga Nukleosintesis Big Bang.
Nukleosintesis Big Bang terjadi pada tiga menit pertama penciptaan alam semesta dan bertanggung jawab atas banyak perbandingan kelimpahan 1H (protium), 2H (deuterium), 3He (helium-3), dan 4He (helium-4), di alam semesta.Meskipun 4He terus saja dihasilkan oleh mekanisme lainnya (seperti fusi bintang dan peluruhan alfa) dan jumlah jejak 1H terus saja dihasilkan oleh spalasi dan jenis-jenis khusus peluruhan radioaktif (pelepasan proton dan pelepasan neutron), sebagian besar massa isotop-isotop ini di alam semesta, dan semua kecuali jejak-jejak yang tidak signifikan dari 3He dan deuterium di alam semesta yang dihasilkan oleh proses langka seperti peluruhan kluster, dianggap dihasilkan di dalam proses Big Bang. Inti atom unsur-unsur ini, bersama-sama 7Li, dan 7Be diyakini terbentuk ketika alam semesta berumur 100 sampai 300 detik, setelah plasma kuark–gluon primordial membeku untuk membentuk proton dan neutron. Karena periode nukleosintesis Big Bang sangat singkat sebelum terhentikan oleh pengembangan dan pendinginan, tidak ada unsur yang lebih berat daripada litium yang dapat dibentuk.(Unsur-unsur terbentuk pada waktu ini adalah dalam keadaan plasma, dan tidak mendingin ke keadaan atom-atom netral hingga waktu lama.
Fase Kedua
هُوَالَّذِي خَلَقَلَكُمْ مَافِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَبِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (Q.S. al-Baqarah [2] : 29)
Masa ini adalah pembentukan langit. Pengetahuan saat ini menunjukan bahwa langit biru hanyalah disebabkan hamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel atmosfer. Di luar atmosfer langit biru tak ada lagi, yang ada hanyalah titik cahaya bintang , galaxy, dan benda-benda langit lainnya. Jadi, langit bukanlah hanya kubah biru yang ada di atas sana, melainkan keseluruhan yang ada di atas sana (bintang-bintang, galaxy, dan benda-benda langit lainnya), maka itulah hakikat langit yang sesungguhnya. Adapun dalam fase ini, pembentukan bintang-bintang di dalam galaxy yang masih berlangsung hingga saat ini.
Fase Ketiga
Pada masa ini dalam penciptaan alam semesta adalah proses penciptaan tata surya, termasuk bumi. Selain itu pada masa ini juga terjadi proses pembentukan matahari sekitar 4,6 miliar tahun lalu dan mulai di pancarkannya cahaya dan angin matahari. Proto-bumi (bayi bumi) yang telah terbentuk terus berotasi menghasilkan fenomena siang dan malam di bumi sebagaimana yang Allah SWT firmankan dengan indah :
وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَ أَخْرَجَ ضُحَاهَا
Artinya : “dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.” Q.S An-Nazi’at [79] : 29
Fase Keempat
Bumi yang terbentuk dari debu-debu antarbintang yang dingin mulai menghangat dengan pemanasan sinar matahari dan pemanasan dari dalam (endogenik) dari peluruhan unsure-unsur radioaktif di bawah kulit bumi.
Akibat pemanasan endogenik itu materi di bawahkulit bumi menjadi lebu,antara lain muncul sebagai lava dari gunung api. Batuan basalt yang menjadi dasar lautan dan granit yang menjadi batuan utama di daratan merupakan hasil pembekuan materi leburan tersebut. Pemadatan kulit bumiyang menjadi dasar lautan dan daratan itulah yang tampaknya dimaksudkan “penghamparan bumi” .sebagaimana Allah SWT berfirman :
وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا
Artinya :“dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.”(Q.S. an-Naziat [79] :30)
Fase Kelima
Hadirnya air dan atmosfer di bumi menjadi prasyarat terciptanya kehidupan di bumi. Sebagaimana firmanAllah SWT :
…وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Artinya :“…dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup… “ (Q.S. al-anbiya [21] : 30
Selain itu, pemanasan matahari menimbulkan fenomena cuaca dibumi, yakni awan dan halilintar. Melimpahnya air laut dan kondisi atmosfer purba yang kaya akan gas metan (CH4) dan ammonia (NH3) serta sama sekali tidak mengandung oksigenbebas dengan bantuan energy listrik dan halilintar diduga menjadi awal kelahiran senyawa organic. Senyawa organic yang mengikuti aliran air akhirnya tertumpuk di laut. Kehidupan diperkirakan bermula dari laut yang hangat sekitar 3,5 miliar tahun lalu berdasarkan fosil tertua yang pernah ditemukan. Sebagaimana dikembalikan pada surat Al Anbiya [21] ayat 30 yang telah menyebutkan bahwasannya semua makhluk hidup berasal dari air.
Fase Keenam
Masa keenam dalam proses penciptaan ala mini adalah dengan lahirnya kehidupan di bumi yang dimulai dari makhluk bersel tunggal dan tumbuh-tumbuhan. Hadirnya tumbuhan dan proses fotosintesis sekitar 2 miliar tahun lalu menyebabkan atmosfer mulai terisi dengan oksigen bebas. Pada masa ini pula proses geologis yang menyebabkan pergeseran lempengan tektonik dan lahirnya rantai pegunungan di bumi terus berlanjut.
Setelah mengkaji cara Al-Quran menjelaskan tentang penciptaan alam semesta. Penulis menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan antara satu sama lainnya. Seperti yang penulis kutip dari seorang ilmuan besar Albert Einsten: ”religion without science is blind and science without religion is damage.” (Albert Einstein, 1960)
Ilmu yang tidak disertai dengan agama akan hancur dan tumbang karena tidak adanya kekuatan iman. Sedangkan agama tanpa ilmu akan menjadi rusak karena akan dapat salah mengartikannya. Sebagaimana orang-orang materalis yang selalu menentang akan adanya penciptaan alam semesta. Ini merupakan contoh yang sangat signifikan jika ilmu pengetahuan tidak disertai dengan ajaran-ajaran agama.
Lalu, bagaimana kita memahami bahwa hari perhitungan (kiamat) telah dekat?
Menghitung umur bumi dan kedekatan kiamat ini dapat kita pahami surat al-Anbiya’ ayat 1 dan 2, juga surat al-Ma’arij ayat 4.
Dalam surat al-Anbiya’ diberitakan tentang telah dekatnya hari perhitungan atas amal para manusia termasuk kaum musyrikin Mekah. Kedekatan ini diredaksikan dengan penggunaan kata “Iqtaraba”. Jika dikaji dengan menggunakan tata bahasa, maka penambahan huruf ta pada kata tersebut menunjukkan penekanan kepastian dan kedekatan akan datangnya hari perhitungan. Kedetakatan hari tersebut datang saat mereka lengah sehingga mereka tidak menyadari akan kedekatan tersebut.
Kedekatan kehadiran hari perhitungan dapat dipahami juga dalam makna kedekatannya disisi Allah Swt bahwa segala sesuatu yang pasti adalah dekat, apalagi Allah Swt tidak membutuhkan waktu untuk mewujudkannya. Sehari dalam perhitungan malaikat seperti lima puluh tahun dalam perhitungan manusia. Karena itu, konteks ayat yang menyatakan “telah dekat datangnya” kiamat, maka kedekatan tersebut dapat dipahami sebagai masa kedatangannya yang lebih sedikit dibandingkan dengan masa yang telah berlalu sejak saat penciptaan bumi. Dan ini diilustrasikan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa kedekatan kiamat seperti jari telunjuk dan jari tengah, “ Aku diutus dan (kedekatan) kiamat seperti ini”. Lalu beliau mendempetkan jari telunjuk dan jari tengah beliau. (HR. Muslim melalui Jabir Ibn Abdillah). (Mandala 2 Pebruari 2019)