HIDAYAH ITU ADALAH NIKMAT AGAMA

Hidayah yang diimpikan oleh setiap kita seperti yang diisyaratkan dalam surat al-Fatihah ayat sebelumnya adalah hidayah yang berupa jalan yang ditelusuri dan gaya hidup yang dijalankan oleh Nabiyullah Ibrahim As dan Nabi kita Muhammad Saw serta orang-orang, yang Allah Swt anugerahkan nikmat kepada mereka. Lalu nikmat apakah yang mereka terima? Dalam tulisan ini akan menelaah ayat ke 7 surat al-Fatihah.

Kata “an’amta” berarti “engkau anugerahkan nikmat”. Secara bahasa, nikmat adalah kesenangan dan kenyamanan hidup. Kata ini tidak hanya menyangkut kesenangan hidup di dunia belaka akan tetapi juga di akhirat kelak. Karena itu, kesenangan yang dimaksud adalah nikmat yang menghasilkan suatu kondisi yang menyenangkan dan berakibat positif baik secara material maupun immaterial.

Sejatinya, seperti yang kita rasakan, nikmat Allah Swt sangat beragam dan bertingkat baik kualitas maupun kuantitasnya, ada yang sangat bernilai dan ada yang biasa saja. Kata nikmat dalam ayat ini tentu adalah nikmat yang paling bernilai, yang menyebabkan nikmat lainnya menjadi sangat berarti. Maka nikmat itu adalah nikmat memperoleh hidayah Allah Swt. berupa ketaatan kepadaNya dan RasulNya. Dapat kita bayangkan jika ada seorang hamba memiliki harta berlimpah tapi menyebabkan maksiat, maka kekayaan tersebut menjadi niqmah (bencana) bagi dirinya.

Sebagai gambaran dapat kita potret empat kelompok manusia penerima nikmat khusus yang telah anugerahkan kepada mereka, yaitu:

Pertama, kelompok para nabi. Kelompok ini adalah kelompok pilihan, terpelihara dari melakukan dosa dan pelanggaran. Mereka selalu berucap dan bersikap benar, memiliki kesungguhan, amanat, kecerdasan, serta keterbukaan. Mereka adalah yang ditugasi menuntun manusia menuju kebenaran ilahi.

Kedua, kelompok para shiddiqin. Kelompok ini adalah komunitas orang yang dalam kondisi apapun selalu benar dan jujur. Mereka tidak ternodai sedikitpun dengan kebatilan dan tidak pula mengambil jalan dan sikap yang bertentangan dengan kebenaran. Karena istiqamahnya, mereka selalu dalam bimbingan ilahi, walau tingkatannya di bawah para nabi dan rasul.

Ketiga, kelompok para syuhada’. Kelompok ini adalah mereka yang bersaksi atas kebenaran dan kebajikan melalui ucapan dan tindakan, walau mereka harus mengorbankan nyawanya sekalipun, yang disanksikan langsung oleh Allah swt, para malaikat dan lingkungan mereka.

Keempat, kelompok orang-orang saleh. Mereka adalah orang-orang yang tangguh dalam kebajikan dan selalu mewujudkannya. Komunitas ini walaupun melakukan pelanggaran, itu adalah pelanggaran kecil yang tidak sebanding dengan prilaku kebajikan mereka.

Bercermin dari kelompok penerima nikmat ini, kita bermohon terkategori kelompok diantara salah satu mereka, yang jika direnungkan, dapat disimpulkan bahwa nikmat yang sangat bernilai adalah nikmat dalam hal ketaatan kepada Allah Swt, dan nikmat istiqamah dalam kebenaran dan kebajikan. Itulah hidayah nikmat yang harus kita mohonkan, nikmat tuntunan agama sebagai nikmat paripurna yang memberi cahaya pada nikmat kesehatan, kekayaan, kedudukan dan sebagainya.

(Mandala, 26 Januari 2019).

 

 

Asli Mandala Gapura Sumenep Madura Jawa Timur, Koordinator Perukyat Wilayah Madura, Pengabdi di IAIN Madura (dulu STAIN Pamekasan) , Mampir Tidur di Pondok Pesantren Mathali'ul Anwar Pangarangan Sumenep, Pernah Nyantri di Asrama MAPK Jember dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Bersandar di PMII dan NU, Ta'abbud Safari di RAUDHAH Masjid Nabawi dan Manasik Haji Mekkah (2014), Sekarang Nyantri di UIN Walisongo Semarang

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *