Basmalah adalah nama dari ayat pertama Surat al-Fatihah. Nama ini walau selalu kita baca, namun seringkali kita tak sadari maknanya. Membacanya dengan memahami maknanya akan mengakibatkan setiap orang sangat optimis dalam harapan dan terhindar dari keputus-asaan.
Lalu apakah maknanya?
Dalam basmalah terdapat lima kata yang perlu kita pahami, yaitu ba’, ism, Allah, rahman dan rahim.
Kata Ba’ diartikan “dengan”. Dalam Kata ini, menurut para Mufassir, harus diselipkan dua maksud yaitu ‘memulai’ dan ‘pertolongan, kekuatan dan kekuasaan Allah Swt’. Karena itu, setiap orang yang melakukan pekerjaan apapun dan mengucapkan basmalah, maka berarti harus terlintas atau memunculkan dalam dirinya ‘memulai pekerjaan atas kuasa, pertolongan dan kekuatan Allah Swt’.
Bagi kita, hal ini mengandung makna bahwa Allah adalah tempat bertolak dan kepadaNyalah kita bergantung. Dan jika ini dilakukan maka pekerjaan kita menjadi baik, jauh dari bisikan syetan dan menyadari bahwa kita tidak bisa apapa-apa tanpa Allah Swt.
‘Ism artinya ‘nama’. Ulama tafsir menyatakan sebagai kata yang berasal dari kata ‘as-sumuw’ yang bermakna tinggi. Karena itu, kata ism tersebut oleh orang-orang qurasy disandarkan pada setiap yang ditinggikan atau dimulyakan.
Penyebutan ism itu hanya nama bukan Zat Allah secara langsung. Hal ini dimaksudkan adalah bukan kekuatanNya secara langsung akan tetapi keberkahanNya. Dengan demikian kata ism dimaksudkan sebagai tanda dari setiap yang memiliki kekuatan atau dikuatkan. Jika dikaitkan dengan kata ba’, maka kata ini menjadi penguat atas kebesaran dan kekuatan Allah Swt yang harus dimumculkan dalam benak seseorang saat memulai pekerjaan dengan sebuah harapan pekerjaan tersebut memperoleh berkah pertolongan dan kekuasaanNya sehingga mencapai keberhasilan dan kebaikan. Maka pekerjaan yang kita lakukan akan masuk dalam jangkauan doa Nabi Muhammad Saw. bahwa setiap pekerjaan yang dimulai dengan basmalah akan terhindar dari kecacatan.
Allah merupakan nama Tuhan yang populer. Dengan menyebutNya berarti mencakup nama-nama yang lainNya. Berbeda dengan penyebutan nama-nama yang lain, tidak dapat menggambarkan nama-nama lainNya seperti ar-Rahman atau ar-Rahim, karena dua nama ini adalah nama dari sifat-sifatNya.
Nama Allah adalah nama yang tercipta secara khusus. Nama ini berasal dari kata tunggal ‘ilah’ yang berarti Tuhan dengan dibubuhi huruf alif dan lam. Dengan penambahan tersebut dimaksudkan bahwa nama itu hadir ‘Jelas dan Tertentu’ dalam benak kita. Sedangkan bentuk jamaknya adalah ‘alihah’. Karena itu nama ini adalah bentuk khusus bukan bentuk tunggal atau bentuk pluralnya.
Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa nama Allah tidak berasal dari satu akar katapun. Itu adalah nama Zat yang wajib wujudnya. Karenanya semua makhluk harus selalu berdzikir dan bermohon kepadanNya. Bahkan Nabi Saw. bersabda: “Tutuplah pintumu dan sebutlah nama Allah, padamkanlah lampumu dan sebutlah nama Allah, tutuplah periukmu dan sebutlah nama Allah”. Sabda ini mengisyaratkan bahwa nama Allah yang harus selalu disebut karena lebih mudah diucapkan, mencakup nama-nama lainNya.
AR-RAHMAN AR-RAHIM
Dua nama ini adalah nama dari sifat-sifat Allah. Dua sifat ini sangatlah istimewa, karena sejatinya sifat-sifat Allah itu berjumlah 99 nama, yang terkategori asmaul husna, tetapi mengapa pilihan nama sifat ini yang disebut dalam bacaan basmalah?
Dua sifat Tuhan ini terambil dari akar kata yang sama yakni kata rahim, yang mempunyai arti “peranakan”. Apabila disebut kata rahim, maka yang terlintas adalah “ibu dan anak” dan ketika itulah terbayang oleh kita betapa besar kasih sayang ibu kepada anaknya. Akan tetapi jangan disimpulkan bahwa kasih sayang ibu sepadan dengan sifat rahmat Tuhan, tentu ini tidak benar walau begitu besarnya kasih sayang ibu.
Kata rahman adalah sifat Allah yang curahan rahmatNya bersifat sementara di dunia diberikan kepada seluruh makhluk tanpa membedakan antara mukmin atau kafir, sementara kata rahim adalah rahmatNya yang betsifat kekal yang hanya dirasakan oleh makhlukNya yang mengabdi kepadaNya.
RAHASIA ANGKA 19
Sebagian ahli tafsir seperti az-Zarkasyi menguraikan bahwa tata cara penulisan al-Quran mengandung rahasia tertentu. Menurutnya, penanggalan huruf alif pada tulisan satu kata dalam Quran mengisyaratkan ada sesuatu yang tidak terjangkau oleh panca indra.
Ini dapat diamati pada penanggalan huruf alif pada basmalah adalah agar jumlah huruf dalam ayat ini menjadi sembilan belas huruf, bukan dua puluh. Lalu apa rahasia angka 19?
Dalam al-Quran, kata ism, ALLAH, ar-Rahman dan ar-Rahim mempunyai jumlah yang dapat dibagi habis oleh angka 19.
Kata Ism dalam al-Quran terulang sebanyak 19 kali, kala Allah sebanyak 2698 kali. Maka, 2689:19 = 142. Ar-Rahman terulang 57 kali, maka 57:19= 3. Ar-Rahim terulang 114 kali, maka 114:19= 6. Karena itu, seandainya bismi ditulis dengan alif, maka perkalianperkalian-perkalian di atas tidak akan terjadi.
Dengan demikian, huruf dalam ‘bismillahirrahmanirrahim’ berjumlah 19 huruf. Ternyata jumlah huruf ini bersesuaian (sama) jumlah hurufnya dengan ucapan hauqalah ‘la haula wa quwwata illa billah’. Ini mengandung makna bahwa pangkalan tempat kita bertolak, bermula dan berkahir dalam perbuatan, upaya dan usaha apa pun hanya pada petunjuk, kekuasaan dan pertolongan Allah Swt semata yang memiliki sifat ar-Rahman dan ar-Rahim.
BACAAN BASMALAH DALAM SALAT
Mengucapkan atau membaca basmalah dalam salat bergantung pada pandangan tentang apakah basmalah menjadi bagian dari surat al-Fatihah atau bukan. Dalam perspektif ulama fiqh terdapat tiga pandangan. Pertama, Imam Malik berpendapat bahwa basmalah bukan dari surat al-Fatihah, karena itu ia tidak dibaca ketika membaca al-Fatihah dalam salat. Imam Malik mendasarkan pada pengamalan penduduk Madinah secara umum, di samping riwayat yang menyampaikan tentang hadis basmalah tidak sampai pada predikat meyakinkan. Kedua, Imam Syafi’i berpandangan bahwa basmalah merupakan ayat pertama dari surat al-Fatihah sebagaimana riwayat Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda bahwa al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat, awalnya adalah bismillahir ar-Rahman ar-Rahim. Karena itu, wajib dibaca dalam salat. Ketiga, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa membaca basmalah dalam surat al-Fatihah boleh tetapi tidak dengan suara keras. (Randu Belatung, 20/12/18)