EVALUASI AWAL WAKTU SUBUH & ISYA : Perspektif Sains, Teknologi dan Syariah

RESENSI BUKU

Penulis : Tono Saksono

Tebal : 223 Halaman

Isi : 5 Bab ( Tidak Termasuk Prolog dan Lampiran)

Penerbit : UHAMKA PRESS & LPP AIKA UHAMKA

ISBN: 978-602-1078-72-3

Buku ini adalah sebuah laporan penelitian (sebagaimana pengakuan penulisnya) yang ditulis secara individual. Buku ini merupakan khazanah yang menjadi salah satu model integrasi sains Islam, yang menyatukan kajian Islam khususnya tentang awal waktu subuh dan isya dengan pendekatan yang murni saintifik.

Secara saintifik-astronomis, kedudukan matahari menjadi posisi kunci dalam penentuan waktu ibadah salat wajib yang lima, walaupun hanya awal solat maghrib yang ditentukan berdasarkan posisi matahari, akan tetapi empat solat yang lain ditentukan berdasarkan efek dari sinar matahari terhadap benda di sekeliling kita.

Buku ini mengelaborasi bahwa secara umum penentuan awal waktu ibadah salat ditunjukkan oleh bayangan benda di sekeliling kita akibat posisi matahari yang telah berubah dari posisi kuncinya. Untuk awal waktu salat dzuhur dan asar sangat mudah dilakukan karena posisi matahari berada di langit tempat  kita berada, penentuannya dapat kita gunakan benda yang berada di sekitar kita. Akan tetapi berbeda dengan penentuan awal waktu salat subuh dan isya. Karena matahari tenggelam dan tertutup bola bum,  maka posisinya berbeda dengan posisi kita, matahari berada pada belahan langit yang berbeda. Untuk itu, awal waktu salat subuh ditentukan oleh munculnya sinar  fajar sebelum matahari terbit  dan awal salat isya ditentukam saat menghilangnya sinar syafaq saat posisi matahari di bawah ufuq atau sudah tenggelam di lokasi tempat kita berada. Dengan demikian, dalam kasus awal waktu salat subuh dan isya, posisi matahari justru ditentukan setelah kriteria kenampakan sinar fajar terpenuhi sebelum matahari terbit, dan menghilangnbruari ya sinar syafaq setelah matahari tenggelam terpenuhi.

Dengan metode komparatif,  buku ini mengungkap data hasil penelitian posisi ketinggian matahari untuk masuknya waktu isya ‘ dan subuh diberbagai negara, mulai negara tetangga Malaysia (-17.3 sampai -19.5 derajat untuk Isya’), Libya (-14.7 derajat untuk Subuh, sebelumnya -18.25), Mesir (-14.7 derajat), dan Inggris (-13.4 derajat).

Dari data tersebut, penulis mulai  mengevaluasi data yang dijadikan pegangan di Indonesia. Inilah alasan kenapa penulis harus melakukan penelitian, bahwa ada banyak indikasi yang menguatkan kecurigaaan bahwa awal waktu subuh umat Islam Indonesia mungkin terlalu awal, karena pemilihan nilai dip -20 derajat, yang dianggap penulis sebagai menyalahi pendapat umum para pakar astronomis -18 derajat (yang dianggap penulis sebagai waktu yang terlalu gelap dan tidak pernah digunakan (lihat halaman 27).

Buku ini adalah laporan penelitian yang dilakukan penulis, yang sebagian data utamanya diambil di Depok dekat Jakarta dan pengamatan tambahan di wilayah Medan Sumatera Utara, dengan menggunakan alat pendeteksi fajar yaitu Sky Quality Meter (SQM) dan All Sky Camera (ASC) Alcor System dengan waktu pengambilan dan pemprosesan data bulan Juni dan Juli 2015 (lihat halaman 58). Kemudian  penulis juga melakukan pemprosesan data SQM pada bulan Januari-September 2017 dengan pengukuran biner terkait kaidah panas-dingin, keilhatan-tidak kelihatan, dan gelap-terang. Penulis menjamin kualitas dengan melakukan verifikasi dan kontrol kualitanya dengan proses internal melalui besaran statistical measures dan pemotretan. Pada proses internal digunakan pemakaian resolusi temporal tiga detik, pemodelan matematis, pemakaian dua al-goritme dan perhitungan RMSE-nya.

Dari proses tersebut -buku ini mengunkap hasil evaluasinya- dari 242 data hari pengamatan dapat disimpulkan bahwa sekitar 68.27 persen, hasil perhitungan menunjukkan rentang statistik anatara -14.8 derajat dan -12.0 derajat untuk Subuh dan rentang antara -12.9 derajat dan -10.1 derajat untuk Isya. Dengan demikian, secara rerata Fajar Shodiq untuk Depok mengerucut pada angka -13.4 derajat untuk Subuh dan -11.5 derajat untuk Isya’.

Kelemahan Buku ini:

  1. Buku ini menunjukkan dedikasi penulis yang memiliki penghormatan tinggi terhadap kajian keilmuan atau akademik yang dihasilkan dengan sangat baik dari sebuah metodologi penelitian ilmiah. Namun demikian, mestinya sebagai hasil sebuah penelitian yang telah tercetak dalam sebuah buku, -yang mengkaji ulang khazanah sebelumnya tentang ketinggian matahari untuk subuh dan isya-, semestinya tidak menjustifikasi temuan sebelumnya sebagai tidak akurat, apalagi dianggap tidak pernah digunakan, sementara di tempat yang lain menjadikannya sebagai bahan dan titik tolak untuk mengevaluasi. Bahkan, atas dasar khazanah itulah penelitian tersebut dilakukan. Khazanah keilmuan adalah kekayaan pada masanya yang tidak mungkin dihapus atau dihilangkan oleh khazanah yang muncul belakangan.
  2. Buku yang merupakan hasil penelitian ini seperti dinyatakan oleh penulis adalah baru awal dari sebuah kerja besar sesungguhnya, karena itu, menurut hemat pembaca, perlu dilanjutkan oleh pemerhati ilmu falak yang lain. Ini menunjukkan bahwa penulis atau peneliti sudah merasakan keterbatasan atas hasil penelitiannya, yang dapat dianggap akurat, akan tetapi tidak tunggal karena harus diuji oleh orang lain dengan kesamaan pandang metodologis. Temuan tersebut dinggap akurat apabila mengerucut pada hasil atau temuan yang sama, harus dilakukan oleh orang lain, atau mungkin kelompok lain.
  3. Buku ini tidak dilengkapi dengan Permintaan Saran, Kritik dan Rekomendasi. Karenanya, hasil temuan yang diungkap dalam buku ini dapat dikatakan sebagai kebenaran tunggal, dan mungkin hanya bisa dikoreksi oleh hasil penelitian lanjutan oleh penulisnya sendiri atau timnya. Sebab itu, wajar apabila kontribusi positif untuk perbaikan atau koreksi temuan untuk penelitian ini tidak mungkin diterima, bahkan menjawabnya dengan redaksi yang jauh dari sikap seorang  akademisi handal. Dalam sebuah tulisan ilmiah yang berbasis riset semestinya tanggapan ini dihindari oleh penulisnya bahkan seharusnya dijadikan pemicu untuk lebih memperdalam akurasi temuannya.  (Mandala,  30/11/18)

 

Asli Mandala Gapura Sumenep Madura Jawa Timur, Koordinator Perukyat Wilayah Madura, Pengabdi di IAIN Madura (dulu STAIN Pamekasan) , Mampir Tidur di Pondok Pesantren Mathali'ul Anwar Pangarangan Sumenep, Pernah Nyantri di Asrama MAPK Jember dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Bersandar di PMII dan NU, Ta'abbud Safari di RAUDHAH Masjid Nabawi dan Manasik Haji Mekkah (2014), Sekarang Nyantri di UIN Walisongo Semarang

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *