Rukyatul hilal adalah suatu kegiatan sebagai upaya melihat hilal (sabit bula) di ufuk sebelah barat sesaat setelah matahari terbenam menjelang pergantian bulan. Kegiatan ini selayaknya dilakukan setiap bulan, khususnya menjelang bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah guna bahan penentuan kapan bulan baru tersebut dimulai.
Hanya saja, ketika matahari terbenam atau sesaat setelah itu langit sebelah barat berwarna kuning kemerah-merahan, sehingga antara cahaya hilal yang putih kekuning-kuningan dengan warna langit yang melatarbelakanginya tidak begitu kontras. Oleh sebab itu, bagi mata yang kurang terlatih melakukan rukyat tentunya akan menemui kesulitan. Apalagi apabila di ufuk barat terdapat awan tipis atau awan tebal tidak merata atau bahkan orang yang melakukan rukyah tidak mengetahui pada posisi mana dimungkinkan hilal akan tampak, tentunya akan lebih mnyuulitkan. Atas dasar itulah, agar maksud dan tujuan pelaksanaan rukyatul hilal dapat tercapai secara optimal, kiranya diperlukan persiapan-persiapan yang matang, baik mengenai mental psikologis para pe-rukyah, penyediaan data hilal (hasil hisab), serta peralatan dan perlengkapan yang memadai.
Beberapa peralatan yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk membantu pelaksanaan rukyat diantaranya :
Alat Hitung
Alat hitung sangat berguna dalam membantu melakukan hisab sebagai bahan persiapan rukyatul hilal. Beberapa data yang harus dipersiapkan adalah waktu ijtimak, saat matahari terbenam, ketinggian dan posisi hilal, saat terbenamnya hilal tersebut. Data tersebut digunakan untuk orientasi letak/posisi hilal di tempat rukyat. Karenba itu, ketelitian terhadap hasil perhitungan sangat dipengaruhi oleh alat hitung yang digunakan.
Kenalilah beberapa jenis alat hitung tersebut, diantaranya:
- Rubu’ Mujayyab
Rubu’ mujayyab adalah suatu alat hitung yang berbentuk segiempat lingkaran untuk hitungan goneometris. Rubu’ ini biasanya terbuat dari kayu atau semacamnya yang salah satu mukanya dibuat garis-garis skala sedemikian rupa. Sebagai alat peninggalan peradaban falak Islam masa lalu, rubu’ ternyata mampu menyelesaikan hitungan-hitungan trigonometri yang cukup teliti untuk masa itu. Alat ini sangat berguna untuk memproyeksikan peredaran benda-benda langit pada bidang vertikal. - Kalkulator
Kalkulator merupakan alat bantu hitung yang paling praktis untuk menyelesaikan rumus-rumus hisab. Hanya saja untuk keperluan ini dipilih kalkulator scientific dengan karakteristik terdapat tombol sin, cos, dan tan. Untuk keperluan ilmu hisab sangat dianjurkan kalkulator scientific 12 digit dan akan lebih praktis seandainya kalkulator ini dilengkapi dengan fasilitas pembuatan program untuk rumus-rumus yang ada. - Komputer
Komputer merupakan alat bantu hitung canggih yang juga harus dimanfaatkan. Dengan program komputer ini, dalam waktu beberapa detik dapat diketahui posisi hilal, ketinggian dan azimuthnya, waktu matahari terbenam, kapan hilal terbenam, berapa kuat cahaya hilal dibandingkan dengan cahaya bulan purnama dan sebagainya. Perkembangan teknologi membuat perhitungan falak yang semula sulit menjadi mudah.
Alat Ukur Panjang
Alat ukur panjang berupa meteran sangat diperlukan saat melakukan kegiatan rukyatul hilal, terutama saat pemasangan gawang rukyat. Pembuatan garis-garis orientasi arah hilal dibuat dengan membuat garis lintas arah mata angin menggunakan arah matahari terbenam.
Alat Ukur Waktu
Untuk mengukur waktu saat rukyatul hilal sebaiknya digunakan jam portabel digital dengan tampilan layar yang cukup besar. Sekarang model jam ini banyak dijual di pasaran dengan harga yang sangat murah. Lebih diutamakan jam yang memiliki lampu sehingga terlihat terang saat matahari sudah tenggelam. Yang paling penting adalah mengkalibrasi /sinkronisasi jam sesuai waktu internet atau jam RRI atau TVRI atau menghubungi 105. Dengan cukup mencocokkan jam dan menitnya saja agar sesuai dengan hasil hisab.
Alat Penjejak Lokasi Geografis dan Aspek Cuaca
Menentukan posisi geografis setiap lokasi pengamatan hilal adalah sangat penting karena perbedaan lokasi pengamatan/matla’ akan sangat berpengaruh terhadap hasil hisab hilal di suatu tempat. Adapun posisi geografis sutau daerah ditentukan besaran berupa Longitude/Bujur, Latitude/Lintang dan Altitude/Tinggi. Selain besaran tersebut juga biasanya diukur di tempat berupa kelembaban udara, tekanan udara, suhu udara, kondisi awan, arah angin dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan cuaca. Tips berikut merupakan cara menyiapkan data geografis dan aspek cuaca lokasi rukyatul hilal.
- Penentuan Posisi Geografis lokasi rukyat dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan menggunakan alat yang disebut GPS (Global Positioning System) yang dapat menampilkan data geografis sebuah titik lokasi di permukaan bumi via satelit secara akurat. Alat ini dapat digunakan untuk mengetahui koordinat lintang dan bujur tempat suatu lokasi.
- Pengukuran Ketinggian dari permukaan laut dan tekanan udara lokasi rukyat dengan menggunakan Altimeter (alat pengukur ketinggian tempat dari permukaan laut). Alat ini bersifat barometik, artinya pengukuran tinggi tempat yang didasarkan pada tekanan udara suatu tempat dibandingkan dengan tempat lainnya, misalnya permukaan air laut. Oleh karena itu, pada saat alat ini dipasang, kondisi udara pada tempat yang dicari ketinggiannya dengan tempat yang menjadi standar haruslah sama. Kondisi udara yang baik untuk setiap tempat adalah sekitar jam 10:00.
- Pengamatan kondisi perawanan terutama di langit barat tempat tenggelamnya matahari merupakan hal yang paling penting saat pelaksanaan rukyatul hilal, sebab tanpa kondisi langit yang cerah pengamatan hilal akan mengalami kesulitan bahkan mustahil dilakukan. Oleh sebab itulah maka perukyat juga dituntut memiliki pengetahuan meteorologi atau ilmu cuaca.
Alat Ukur Sudut (Azimuth dan Ketinggian/Altitude/Irtifa’)
- Rubu’ Mujayyab
Alat ini termasuk kuno peninggalan ahli-ahli Falak Islam jaman dulu. Saat rukyatul hilal rubu’ digunakan untuk mengukur sudut ketinggian hilal (irtifa’). Sering disebut dengan istilah kuadrant. - Tongkat Istiwa
Tongkat istiwa adalah alat sederhana yang terbuat dari tongkat yang ditancapkan tegak lurus pada bidang datar dan diletakkan di tempat tebuka agar mendapat sinar matahari. Alat ini berguna untuk menentukan waktu matahari hakiki, menentukan titik arah mata angin, dan menentukan tinggi matahari. - Jam Istiwa’/Jam Surya
Disebut juga dengan jam matahari (sundial) karena cara kerja alat ini adalah menggunakan bayangan matahari yang membentuk sudut tertentu. - Busur derajat
Busur derajat setengah lingkaran dan busur derajat lingkaran penuh untuk membantu membuat garis orientasi arah hilal. Busur ini berdiameter lebih kurang 1 m agar diperoleh hasil ukur yang lebih teliti. - Waterpass. Waterpass digunakan untuk menstabilkan peralatan agar betul-betul datar posisinya.
- Kompas
Kompas digunakan untuk menunjukkan arah Barat khususnya pada kondisi titik terbenamnya matahari tidak teridentifikasi. Dengan bantuan kompas sudut azimuth matahari dan hilal dapat diidentifikasi, ini akan mempermudah orientasi pencarian lokasi hilal. - Bingkai/Gawang Rukyat
Berbentuk segi empat dengan tiang di bawahnya digunakan untuk orientasi pandangan lokasi hilal. Caranya dengan menempatkan alat di depan pengamat saat matahari terbenam dan pengamat akan melihat terus ke arah bingkai rukyat yang bisa diatur turun mengikuti gerakan hilal sampai terlihatnya hilal. Diperlukan kemampuan khusus mengoperasikan alat ini mengikuti arah gerakan hilal. - Sektan
Sektan adalah sebuah perkakas astronomi yang dapat digunakan untuk menentukan jarak sudut sebuah benda langit dari horizon. Sektan ini bisa digunakan pula untuk mengarahkan pandangan ketika pelaksanaan rukyatul hilal. - Theodolit. Peralatan ini termasuk modern karena dapat mengukur sudut azimuth dan ketinggian/altitude (irtifa’) secara lebih teliti dibanding kompas dan rubu’. Theodolit yang modern dilengkapi pengukur sudut secara digital dan teropong pengintai yang cukup kuat.
Alat Bantu Optik
- Kacamata
Digunakan oleh perukyat terutama orang yang sudah tua yang memiliki kesulitan penglihatan jarah jauh (rabun jauh) karena hilal memang berada pada jarak yang jauh. Sering digunakan adalah kacamata minus. Karena salah satu syarat seorang perukyat adalah penglihatannya masih baik menghindari salah lihat. - Binokuler
Binokuler adalah alat bantu untuk melihat benda-benda yang jauh. Binokuler ini menggunakan lensa dan prisma. Alat ini berguna untuk memperjelas obyek pandangan. Sehingga bisa digunakan untuk pelaksanaan rukyatul hilal. - Teleskop Rukyat
Teleskop merupkan alat bantu untuk melihat benda-benda yang jauh. Teleskop ini menggunakan lensa yang berguna untuk memperjelas objek pandangan. Teleskop rukyat tidak berbeda dengan teleskop astronomi pada umumnya yang juga disebut teropong bintang namun dudukannya dirancang dapat bergerak 2 sumbu yaitu naik-turun (altitude) dan horisontal (azimuth) sehingga disebut dudukan alt-azimuth. Berbeda dengan jenis sumbu yang sering dipakai dalam astronomi yaitu menggunakan 3 sumbu yang disebut dudukan equatorial (EQ mount). Kekuatan teleskop dinyatakan dengan diameter lensa obyektif untuk refraktor dan diameter cermin obyektif untuk reflektor serta jarak fokur obyektif. Teleskop dengan spesifikasi 12″/3000 artinya diameter lensa/cermin adalah 8″ (sekitar 30 cm) dan jarak fokusnya 3000 mm. Kekuatan teleskop juga dinyatakan dengan pembesaran maksimumnya misalnya 500x dsb. Berdasarkan pengalaman lapangan teleskop tidak selalu efektif digunakan untuk rukyatul hilal. Hal ini mengingat ukuran hilal sudah cukup besar sekitar 30 arcminute atau 0,5 derajat busur sehingga dengan pembesaran 50x saja bulatan bulan sudah menutup medan pandang teleskop. Sebab yang diperlukan sebenarnya adalah bukan pembesaran obyek melainkan penguatan cahaya hilal yang sangat lemah dikuatkan oleh teleskop sehingga dapat terlihat oleh pengamat. Oleh sebab itu sangat cocok digunakan untuk rukyat adalah teleskop yang memiliki diameter lensa/cermin cukup besar agar dapat mengumpulkan cahaya lebih banyak serta memiliki medan pandang sekitar 1°saja. (Sumenep, 29/11/2018)
Sumber bacaan:
1. Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab & Rukyat, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
2. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, Cetakan Pertama, 2005.
3. Muhyiddin Khazin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab & Rukyat, Yogyakarta: Ramadhan Press, 2009.
4. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
5. http://www.hisab rukyat_Rukyatul Hilal Indonesia.html
6. http://www.TEKNIK RUKYAT_Hisab Rukyat Indonesia.html