Kaji Maulid 1440 H: TOLAK AJAKAN NAFSUMU, MINTALAH FATWA PADA KALBU DAN AKAL SEHATMU!

Manusia sungguh makhluk sempurna. Dia dibekali fisik bentuknya badan, dimodali roh bentuknya nyawa, dilengkapi pikiran bentuknya akal. Bisa dibayangkan apabila ada wujud badan tanpa nyawa, atau jelas badan dan nyawanya tanpa akal. Kesempurnaan penciptannya menjadi berkurang dan hidupnya menjadi tak bermakna. Maka dia mesti merawatnya, sampai ketiganya selalu berfungsi dengan baik.

Bentuk badan dengan proses penciptaan yang begitu panjang dalam masa rata-rata 9 bulan. Proses penciptaan ini menyadarkannya pada asal-usulnya. (baca: kamu siapa?)

Modal roh diyakini sebagai penyebab kehidupan dan menjadikannya sebagai yang memiliki kemulyaan. Tak ada yang dibekali ilmu tentang roh, karena itu menjadi urusan Tuhan (al-Isra’:85). Akan tetapi, roh diyakini bersinergi dengan jasad membangun dan mengembangkan kehidupan untuk memperoleh kebahagiaan.

Lalu, bagaimana dengan modal akal? Kata ‘aql dalam al-Qur’an tidak ditemukan dalam bentuk kata benda. Bentuknya adalah kata kerja yang ditemukan di 49 tempat. Maka, akal harus dipahami sebagai kerja fungsionalnya, karena yang bermakna bagi kehidupannya adalah aktivitasnya. Aktifitas akal adalah mengetahui, mengenal, menganalisis, dan mengungkapkan.

SUBHANALLAH, pada diri manusia terdapat BERMILYAR sel dalam otaknya dan menyimpan aneka informasi yang diperoleh melalui pengamatan, penginderaan dan interaksi dengan lingkungan serta menyimpannya dalam gudang memori.

“INPUT INFORMASI YANG HILANG BIASANYA KARENA INTENSITAS KEJADIANNYA SANGAT RENDAH, TIDAK BERKESAN, TIDAK KHUSU’ DAN TANPA PENGHAYATAN” Jika masih lupa ada tip khusus yang Allah Swt wasiatkan pada Manusia (al-Kahfi, 24: wa dzkur rabbaka idza nasiita..)

Karena itu, pahamilah tugas akal yang sesungguhnya:

  1. Berfikir, merenung, menganalisis (menalar) (al-Qaff 6-7, at-Tariq 5, al-Ghasiyah 17)
  2. Memahami dan mengerti (al-An’am 65 dan 98, al-Isra’ 44, Taha 28, al-Anbiya’ 79)
  3. Merenung, mengingat, mempelajari (Muhammad 24, an-Nahl 17 & 69, al-An’am 80 & 152, dan Yunus 3)
  4. Berakal, berilmu, berpandangan, memiliki pemahaman, dan hikmah (al-Baqarah 179, 197 & 269, Ali Imran 7, 18 & 190, Yunus 111, az-Zumar 21, an-Nur 44, dan Taha 54&128),  (jeda, 28/11/18)

Dari beberapa ayat tersebut, tanpaknya fungsi akal bukan hanya sekedar memperoses informasi menjadi pengetahuan yang tersimpan dalam memori, tetapi juga berfungsi member dorongan moral dan spiritual kepada pemiliknya untuk melakukan kebaikan dan menghindari keburukan.

Namun demikian, memfungsikan akal sesuai tugasnya seringkali terkendala dengan perlawanan nafsu yang menguasai dan memalingkannya ke tempat yang hina.

Nafsu yang menghalangi akal ini teridentifikasi dua istilah dalam al-Quran, yaitu al-hawa’ (hawa nafsu) dan as-Syahwah (syahwat, nafsu hedonistik).  Al-hawa cenderung menunjuk pada keinginan-keinginan yang menyimpang  seperti senang sama lawan dan sesame jenis, menumpuk kekayaan dan kesesangan lainnya dan as-Syahwah menunjuk pada kesenangan dunia secara spesifik. Karena itu, al-Quran menyebutnya dengan konteks ayat-ayat larangan yang harus dijauhinya seperti dalam surat Ali Imran ayat 14. Maka, manusia harus hati-hati dengan hawa nafsunya, karena seringkali menjadi instrumen untuk pemenuhan fisik yang melanggar, kecuali mendapatkan bimbingan dari akal (sehat)nya dan qalbunya.

BAGAIMANAKAH QALBU BERFUNGSI?

Al-Qur’an menyebut qalbu tidak kurang dari 168 tempat. Pada umumnya mengidentifikasi berbagai jenis qalbu yang difungsinkan dan tidak difungsikan. Qalbu yang dipelihara dan difungsikan secara baik sangat peka terhadap kebenaran dan kebaikan, begitu juga sebaliknya mengeras dan membatu sehingga tertutup bagi kebenaran (al-Jasiyah 23).

Simpulan:

Dalam diri manusia terdapat instrument fisik, ruh, akal, nafsu dan kalbu. Semua instrument ini saling mempengaruhi dalam setiap sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. Mereka yang mampu memenangkan kalbu dan akal sehatnya maka akan selamat kehidupannya dari hal-hal yang buruk dan dillarang, bahkan akan selalu peka dengan kebaikan dan istiqamah dalam kebenaran. (Mandala, 29/11/18)

Asli Mandala Gapura Sumenep Madura Jawa Timur, Koordinator Perukyat Wilayah Madura, Pengabdi di IAIN Madura (dulu STAIN Pamekasan) , Mampir Tidur di Pondok Pesantren Mathali'ul Anwar Pangarangan Sumenep, Pernah Nyantri di Asrama MAPK Jember dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Bersandar di PMII dan NU, Ta'abbud Safari di RAUDHAH Masjid Nabawi dan Manasik Haji Mekkah (2014), Sekarang Nyantri di UIN Walisongo Semarang

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *