Jika kita mau bermuhasabah diri tentang keberhambaan kita kepada Allah Swt., apa pedoman yang dijadikan dasar? siapa yang telah merealisasikannya? apa parameternya?
Jawabannya adalah al-Qur’an dan al-hadis. Al-Qur’an adalah sumber utama, yang berisi perintah Allah Swt. adakalanya umum dan ada kalanya rinci (detail). Petunjuk teknisnya diatur dan dijelaskan dalam al-hadis, karena hadis pada kenyataannya adalah gambaran aplikatif prilaku Nabi Muhammad Saw. didepan para sahabatnya dan pembenaran (kata atau diam) atas perbuatan sahabatnya dimintakan pendapat kepadanya. Maka wajar apabila Siti Aisyah Ra (istri Nabi terakhir) menyatakan bahwa akhlak Nabi Saw. adalah al-Qur’an. Untuk itu menjadikan Nabi Saw sebagai suri tauladan adalah benar dan mengukur keberhambaan kita kepada Allah dengan bercermin pada Beliau adalah tepat.
Faktanya adalah bahwa salah satu cara menilai diri sebagai orang baik (petunjuk teknis sebagaimana dijelaskan kepada sahabat) adalah Nabi Saw. menjadikan pendapat tetangga sebagai parameter kebaikan.
Banyak kisah yang dimuat dalam sabda beliau, menceritakan parameter keberimanan dan kebaikan kita, diantaranya, yaitu:
- “Barang siapa beriman kepada Allah Swt. dan hari akhir, maka ia harus tidak menyakiti tetangganya”.
- “Jika mampu berbuat baiklah!”.
- “Seorang perempuan ahli puasa dan ahli ibadah, akan tetapi sering menyakiti tetangganya dengan ucapan, maka tempatnya di Neraka”
- “Jika kamu memasak ‘kuwah’ perbanyak airnya dan jangan menyakiti tetanggamu karena hanya mendengar harumnya masakanmu”.
- “Cara kamu tahu kamu orang baik adalah tanyakan kebaikanmu kepada tetanggamu”.
Lalu siapa tetanggamu?
Ulama salaf menjelaskan dalam berbagai khazanahnya bahwa tetangga adalah mereka yang selalu bersamamu, yang berada di samping kanan dan samping kiri pada lingkungan rumahmu, ke 4 arah mata angin-utara, selatan, barat dan timur. Jumlah mereka minimal berjumlah 160 rumah maksimal 1600rumah, jika dihitung per rumah 2 orang, maka jumlah tetanggamu adalah minimal 320 orang dan maksimal 12800 orang.
Maka seharusnya prilaku kita bertetangga harus dilakukan beberapa sikap!
- Tidak berbuat salah dan berbuat baik.
- Tidak berbuat salah, walau tidak berbuat baik.
- Tidak berbuat salah dan sabar saat tetangga berbuat salah.
- Tidak berbuat salah, berbuat baik, sabar dan bahkan memaafkan jika tetangga berbuat salah.
Simpulan:
Muhsin adalah orang yang bernilai baik karena beprilaku terpuji kepada tetangganya, tidak berbuat salah, bersabar dan memaafkan saat tetangganya berbuat salah. (Mandala, 25/11/2018)