Mengapa umat Islam jatuh pada kondisi keterpurukan?
Pertanyaan tersebut berusaha dijawab oleh Muhammad ‘Abid al-Jabiri, termasuk seluruh pemikir muslim Arab saat itu. Al-Jabiri berusaha membaca realitas nalar Arab-Islam saat itu. Menurutnya, pencapaian nalar mereka merupakan kekayaan khazanah Islam.Lalu, bagaimana struktur dasar epistemologi bayani dan pembacaan serta kritik al-Jabiri terhadap pola pikir bayani bangsa Arab.
Secara filosofis, struktur dasar epistemologis bangsa arab dapat dielaborasi bahwa konsep bawah sadar peradaban mereka adalah teks dan kaidah-kaidah yang diformulasi dan dibentuk oleh peradaban para pendahulunya.
Struktur pola pikir arab telah terbakukan dan tersistematisasi pada era kodifikasi sehingga sebagai konsekwensinya, dunia berfikir yang dominan pada masa itu, satu sisi, mempunyai kontribusi besar dalam menentukan orientasi pemikiran yang berkembang dan di sisi lain mempengaruhi persepsi mereka terhadap khazanah pemikiran yang berkembang pada masa sebelumnya.
Untuk itu, secara kritis al-Jabiri berasumsi bahwa diskursus kebangkitan peradaban arab tidak akan mencapai kemajuan baik secara ideal maupun dalam konteks science ilmiah tanpa upaya sistematis.
Kemudian, al-Jabiri merumuskan langkah-langkah sistematis dengan cara, pertama, melakukan kritik historis dan membangkitkan kesadaran baru akan tantangan peradaban barat dan reaksi balik untuk berupaya menemukan legitimasinya dan kedua, beralih dari gerak diam menuju gerak transformasi dengan merekonsepsi al-bayan sebagai sistem epistemologi mencakup tiga pasangan konsep dasar: lafal-makna, asl-far’ dan substansi-aksidensi untuk merebut kembali kejayaan Islam di masa datang. (Semarang, 26/11/2018)