Hikmah Kaji Maulid 1440 H: SIAPKAN MASA DEPAN ANAK KITA

Berubah bukan suatu yang mudah, apalagi melakukan perubahan. Dua kata ini selalu harus kita sandingkan.

BERUBAH-PERUBAHAN

Berubah harus diorientasikan pada diri sendiri dan perubahan menunjuk pada diri dan orang lain. (sama dengan berdaya dan pemberdayaan)

Dua kata yang tersandingkan itu meniscayakan langkah yang systematise bersifat paten, mulai dari terkecil sampai terbesar,  karenanya tidak bisa dibalik.

Siapa, Kapan dan Apa yang harus Dirubah?

Berubah harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan Bangsa-Negara. (tidak bisa dibalik)

Ini dapat kita ambil gambaran dalam proses perubahan dalam masyarakat quraisy (sisi lain dakwah Nabi Muhammad Saw)

Sejarah kenabian membelalakkan kita bahwa proses dakwah yang nabi jalankan begitu rumit dan berat.

13 Tahun Nabi Saw  menjalankan dakwahnya mengalami hambatan, tidak banyak masyarakat mekah menyatakan masuk Islam.

Tangangan terberatnya datang dari dalam keluarganya, bagaimana penolakan pamannya Abu Lahab. Akan tetapi jalan keluarnyapun dari dalam keluarganya, Abu Thalib.

Terbaca jelas peran Abu Thalib, memelihara, merawat dan mendidiknya dalam satu keluarga setelah kepengasuhan kakeknya berakhir karena wafat. Julukan al-Amin yang disematkan pada Nabi Saw karena peran yang diberikan Abu Thalib dalam ‘SAFAR TIJARAH’nya.

Allah Swt. menjadikannya sebagai manusia pilihan. Rahimnya pilihan dan lingkungan serta zamannya pun pilihan.

Sejak Nabi Saw. dibaiat langsung sebagai RASUL. Beliau ditugasi merubah dua hal yaitu Tauhid dan Akhlak (kepada Allah-RasulNya dan Sesama hamba-manusia)

Merubah dengan misi di atas, Allah lebih awal merubah diri Nabi dengan mengkondisikannya sejak awal. Sejak masa bayi sampai menginjak dewasa.

Nabi Saw adalah profil anak muda mandiri. Beliau mendapatkan tauladan ayahnya,  Abdullah,  pada masa beliau masih dalam kandungan dan ibunya, Siti Aminah, hanya beberapa tahun pengasuhan setelah dilahirkan.

Kehidupannya berjalan mulus, tanpa keluhan,  mandiri dan  menyenangkan kepada siapa yang ditemuinya, tanpa rasa minder dan kecil hati walau disebutnya sebagai anak yatim.  Yang tersisa hanya kasih sayang dari kakek, paman dan saudara-saudara sepupunya.

‘DIA MEMINANG AKU MELAMAR’

Kehidupannya yang baru dimulai bersama kolega bisnisnya, Khadijah Binti Khuwailid (seorang janda dan 15 tahun lebih tua), yang dalam sejarah dikenal sebagai istri pertama Nabi Saw.

Hal yang tak lumrah terjadi pada Muhammad saat itu, Nafisah diutus Khadijah menghembuskan angin pinangan saat Nabi ada di sekitar ka’bah.

Muhammad terkejut atas bisikan itu dan tidak langsung dijawabnya. Akhirnya, Muhammad (belum dibaiat sebagai Nabi dan Rasul) menyampaikan kepada paman-pamannya dan saudara-saudaranya. Putusan keluarga menyebutkan untuk menerima pinangan dan melamar Khadijah, si Janda Terhormat, Cantik dan Kaya Raya.

Semangat hidupnya bertambah gairah, apalagi bersamanya dikaruniai 5 orang anak, seorang laki-laki dan empat orang putri : Ruqayyah, Umi Kultsum, Zainab, Fatimah dan Ibrahim (dalam sejarah adalah putra dari istri yang lain,  Mariah al-Qibtiyah,  dan meninggal mendahuluinya saat masih kecil).

 

Kita mencontoh Nabi, anak mencontoh kita, maka anak adalah gambaran kita sendiri, yang tidak jauh dari prilaku Nabi Saw.

Asli Mandala Gapura Sumenep Madura Jawa Timur, Koordinator Perukyat Wilayah Madura, Pengabdi di IAIN Madura (dulu STAIN Pamekasan) , Mampir Tidur di Pondok Pesantren Mathali'ul Anwar Pangarangan Sumenep, Pernah Nyantri di Asrama MAPK Jember dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Bersandar di PMII dan NU, Ta'abbud Safari di RAUDHAH Masjid Nabawi dan Manasik Haji Mekkah (2014), Sekarang Nyantri di UIN Walisongo Semarang

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *