“Nyantri” merupakan istilah yang tepat untuk meringkas “perintah” membaca dalam al-Quran atau ajakan untuk memcari ilmu sampai ke negeri cina.
Sejak manusia memperoleh tiupan ruh, saat itulah perintah membaca dimulai. Pembacaan yang dimaksud adalah persaksian atas kekuasaan Tuhan, baik kuasaNya atas rezeki, jodoh, maupun kontrak lama kita berdiam di bumiNya (umur).
Kemudian, pembacaan lanjutan dibantu orang tua mengenali sebuah nama-nama yang mereka dapatkan untuk diperdengarkan. Disinilah tugas mulia orang tua dipertaruhkan. Jika mereka salah memberikan pendengaran, maka pembacaan kita saat kita lahir akan salah arah pada hal yang menistakan.
Nyantri pada orang tua, semua akan didapatkan. Dari yang paling mudah sampai yang sangat rumit sekalipun. Tak jarang orang tua dihujani pertanyaan bahkan dalam persoalan ketuhanan. Saat itu, misi orang tua benar-benar dibutuhkan. Akhirnya orang tuapun meminta orang lain membantunya. Bergabunglah kemudian dengan santri-santri yang lain di luar rumah. Nyantri akhirnya belajar membaca dengan ketemu guru dan dosen, baik mereka yang beprofesi sebagai dai, kyai, dokter, pengusaha dan lain sebagainya. Maka, NYANTRI adalah membaca dan SANTRI adalah pembaca. (SMC-SBI, 151118, 08.48)
KERETA API ADALAH MEJA BELAJARNYA
Santri me’nyantri’ harusnya tak kenal lelah dan tak berpikir biaya. Itulah salah satu syarat seorang santri dari enam yang dipersyaratkan. (Syiir kitab ta’lim muta’allim)
Hambatan utama yang biasa dihadapi seorang santri adalah minat dan kesungguhan. Apabila hambatan ini tidak dilawan, maka run status santri tak akan bermakna. Minat dan kesungguhan yang harus dipertahankan adalah membaca dan membaca.
Jika kampusnya adalah ruang tertutup, maka belajarnya berupa tempat kuliah, perpustakaan, masjid dan halaman di pojok-pojok lamps. Namun, apabila kampusnya adalah ruang bebas, maka ruang belajarnya tentu tak terbatas.
Minat dan kesungguhan sungguh butuh dipertahankan, seorang santri akan mengalami dua ruang kuliah sejatinya. Bahkan dengan minat yang dimilikinya, meja belajarnya, kadang berupa mobil, bus, pesawat terbang dan kereta api. Santri harus belajar dan membaca sepanjang masa selama hidupnya. (ter. Ronggosukowati).